Sabtu, 16 Oktober 2010

Empat Langkah Agar Anak Cerdas Secara Emosi




Seorang anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik tentu karena peran orang tua dan lingkungan sekitarnya. Namun, kebebasan seorang anak untuk berekspresi kadang terhambat lantaran anak sering dilabelisasi terhadap sosok yang harus kuat dan tidak boleh menangis untuk anak laki-laki dan untuk anak perempuan harus menjadi anak yang manis, penurut, dan suka main boneka. Padahal jenis emosi, baik itu rasa senang, sedih, bangga, haru, dan jijik adalah perasaan-perasaan yang dipunyai oleh laki-laki dan perempuan. Pada hakikatnya perempuan dan laki-laki adalah sama. Namun, karena bentuk fisik yang berbeda, maka peranan pun berbeda
Dalam psikologi perkembangan akan pula terbukti bahwa laki-laki yang dilambangkan sebagai sosok yang macho dalam kehidupan riil kenyataannya tidak selalu kuat, berani dan tangguh. Sebaliknya, perempuan yang dianggap sensitif, mudah menangis, terlalu berperasaan, pemalu ternyata dalam keseharian adalah sosok yang kuat, berani dan tangguh. Oleh karenanya kebebasan berekspresi adalah bawaan yang memang idealnya tak boleh ditahan. Sebab jika ditahan, maka fungsi-fungsi emosional tidak berjalan secara baik. Itulah sebabnya, sebagai orang tua yang baik dan mengenal perkembangan emosi anak, label stereotipe pada anak-anak sebaiknya tidak terus dipraktikkan.
Tumbuh kembang anak akan berkembang baik saat mereka dikenalkan dengan beberapa jenis emosi. Setidaknya ada empat langkah agar emosi anak dapat berkembang dengan baik.
Pertama, kenali jenis-jenis emosi pada anak. Mengenalkan jenis emosi pada anak sangatlah penting. Sehingga pada akhirnya, si anak akan tahu benar kapan ia harus sedih, senang, murung, jijik, dan lain sebagainya.
Selain memperkenalkan jenis emosi kepada anak, langkah kedua adalah mengajarkan mereka untuk mengelola emosinya. Langkah ini penting agar anak mampu mengekspresikan emosinya dengan baik.
Ketiga, setelah si anak diberikan pemahaman dan pengelolaan emosi ialah ajari mereka untuk memahami emosi orang lain. Pada tahap ini, mereka akan paham kondisi seseorang saat sedang marah karena ia pun pernah mengalami hal tersebut. Mereka tidak akan tahu seseorang sedang marah, jika ia tidak pernah mengalaminya.
Terakhir, setelah semua tahapan emosi sudah dikenali pada anak, selanjutnya adalah ajari mereka untuk bersedia berkorban untuk orang lain. Tahap terakhir ini juga penting karena dapat melahirkan empati terhadap orang lain. (Republika, 13-10-10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar