Senin, 10 Januari 2011

Taman Rimba, Objek Wisata Kota Jambi


Libur telah tiba. Libur telah tiba. Hore-Hore-Hore! Libur semester pertama sekolah telah menjelang. Dua junior di rumah menagih janji untuk pergi berlibur ke luar kota. Tapi, apa daya. Kesibukan kerja tak bisa ditolerir. Akhir tahun adalah deadline pekerjaan dan merupakan masa panen bagi sang ayah. Akhirnya, setelah perjuangan keras menyakinkan untuk menunda masa liburnya, mereka pun setuju untuk menghabiskan masa liburan di rumah saja. Kasihan.
Minggu sore, setelah mandi dan bersiap, saya, istri, dan duo junior berangkat menuju salah satu objek wisata andalan yang terdapat di Kota Jambi. Objek wisata ini berupa hutan kota seluas 18 ha yang berada tidak jauh dari Bandar Udara Sultan Thaha. Keberadaan objek wisata ini merupakan upaya pemerintah setempat untuk menyediakan tempat hiburan yang nyaman bagi masyarakat di tengah minimnya sarana bermain, taman hiburan, dan tempat wisata di Kota Jambi. Dengan menggabungkan dua konsep wisata, yaitu wisata hiburan dan kebun binatang, Pemprov Jambi menamakan objek wisata ini sebagai Taman Mini dan Taman Rimba Jambi.
Dibandingkan dengan nama resminya, Taman Mini dan Taman Rimba Jambi, hutan kota ini lebih dikenal oleh masyarakat Jambi dengan nama Taman MTQ karena di tahun 1997, kawasan ini dijadikan sebagai pusat penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Nasional ke-18. Sekarang dapat dilihat beberapa fasilitas penunjang kegiatan tersebut, seperti tribun, rumah panggung (Kejang Lako), dan sebuah monumen kapal tradisional serta 6 rumah adat yang mewakili kabupaten yang ada di Provinsi Jambi.
Sebagai hutan taman kota, Taman Rimba memiliki banyak koleksi  pepohonan dan hewan. Jenis-jenis pohon tak dapat ditulis karena kurangnya informasi dan letaknya yang sedikit susah dijangkau kendaraan sementara untuk koleksi hewannya belum begitu banyak. Jenis-jenis burung yang dipelihara di taman ini, antara lain burung rangkok, pelikan laut, elang, rajawali, bangau, burung kasuari, burung unta, dan banyak lagi. Burung-burung tadi ditempatkan di dalam satu bangunan berbentuk setengah bola besar sehingga pengunjung dapat melihat koleksi hutan taman rimba dengan leluasa.
Hewan yang menjadi maskot objek wisata ini adalah Yanti, gajah betina yang menjadi kesayangan para pengunjung; Peter dan Uni, dua ekor harimau sumatera sebagai pengganti Shela, harimau yang dibantai oleh pencurinya; beberapa pasang rusa tutul yang didatangkan dari Jakarta; buaya-buaya yang kerjanya hanya tidur dan menjemur diri; dan kuda poni yang merupakan koleksi terbaru taman rimba.
Lebih kurang lima belas menit dengan berkendara, kami pun tiba di taman yang didirikan sekitar awal tahun 80-an ini. Ada dua buah pintu masuk utama ke Taman Rimba, pintu gerbang utama dan pintu gerbang belakang, sementara jalan tikus ada beberapa. Bila menggunakan kendaraan roda empat, biasanya akan dikutip uang yang besarnya bergantung selera si pemungut tanpa ada pemberian karcis, sedang untuk masuk ke kebun bintang petugas akan menarik restribusi Rp. 5.000,- untuk pengunjung dewasa dan Rp. 3.000,- untuk anak-anak. Agar dapat masuk Taman Rimba tanpa mengeluarkan biaya sebaiknya kita melewati jalan-jalan tikus atau jika kita berkendara roda empat bisa juga datang ke tempat ini dikala sore hari. Dijamin gratis.
Memasuki areal Taman Rimba, kita disuguhi pemandangan khas anak muda. Beberapa komunitas motor mejeng dengan motor kebanggaannya dibeberapa sudut strategis, mereka yang datang berpasangan biasanya mojok di tempat-tempat tertentu atau duduk mesra di motornya, mereka yang punya hobi ngebut pun dapat terpuaskan dengan racing di jalan-jalan di areal Taman Rimba, sementara banyak pula remaja  yang jogging di track yang tersedia ditengah areal eks MTQ.
Sementara untuk anak-anak tersedia boom boom car, komidi putar mini, arena permainan mandi bola, dan fasilitas permainan lainnya yang sifatnya outdoor. Sambil menunggu sang anak bermain, orang tua bisa menikmati aneka jajanan yang tersedia di ruang terbuka.
Setelah berkendara mengelilingi Taman Rimba, motor pun diarahkan ke kebun binatang. Setelah parkir motor dengan membayar restribusi Rp. 1.000,-, dan membayar tiket kami menuju kandang Peter dan Uni, si harimau.  Bercanda sebentar dengan sang Rimau, kaki bergerak ke kandang buaya yang sayangnya tidak punya nama, terus menuju si kuda poni yang terus bergerak anggun. Setelah berfhoto sebentar, kami menuju rumah rusa tutul. Di sana kami melihat dua rusa jantan sedang bertarung sementara rusa-rusa betina bercanda dengan para pengunjung. Puas dengan rusa, kami menuju sarang kasuari dan merak. Sayangnya sang merak tidak memperlihatkan kecantikannya.
“Apa, tuh, yang teriak-teriak?”Tanya si kecil. Segera kami mendekat. Ternyata “saudara tua” sedang berakrobatik dan benyanyi. Beberapa landak menampakkan moncongnya dari lubang sarang. Akhirnya kami mendekati Yanti yang sedang menyantap sajian yang ditawarkan pengunjung, yaitu tebu, pisang dan buah-buahan lainnya. Sayangnya ada beberapa pengunjung yang sedikit “kreatif” dengan mencabuti tumbuhan yang ada dan menyerahkan daunnya kepada Yanti. Padahal telah ada pengumuman untuk tidak mengganggu tanaman dan memberi makan pada hewan. Rupanya mereka tidak bisa membaca.
Puas melihat Yanti menyantap makanannya, langkah pun diarahkan ke sangkar burung raksasa. Dengan berjalan memutari gedung kami dapat melihat beberapa koleksi burung yang sedang bersantai. Setelah itu, si sulung berniat keras untuk menunggang kuda. Setelah menunggu antrian, dengan membayar Rp. 5.000,-, tercapailah cita-citanya untuk menjadi Pangeran Diponegoro.
Tak sampai tiga puluh menit di areal kebun binatang mini, kami melangkah ke tempat parkir dan bergerak meninggalkan Taman Rimba Jambi yang terus berbenah dan memperlengkapi diri dengan berbagai penambahan koleksi binatang, fasilitas permainan, dan fasilitas penunjang lainnya. Semoga niat baik Pemprov Jambi untuk memberikan sarana hiburan yang bermutu untuk warganya dapat segera terwujud. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar