Jam setengah lima sore, dengan kendaraan andalan, sepeda roda dua, Penulis memasuki jalan perumahan menuju rumah. Penulis menghentikan kendaraan ketika bola sepak berhenti tepat didepan motor.
“Tendang, Om!”teriak seseorang dari lapangan.
Kuarahkan motor mendekati bola sepak dan menendangnya menuju anak-anak yang berkerumun di lapangan voli. Serentak anak-anak tadi bergerak mengejar bola sepak yang kulitnya sudah terkelupas habis akibat sepakan banyak kaki itu. Sebenarnya bola sepak itu tak layak lagi dimainkan karena sudah bocor hingga tidak membal. Pasti produk murahan, tapi bola sepak itu adalah barang mewah bagi mereka. Permainan tetap berjalan. Meriah, ceria, dan penuh sportifitas.
Kenangan pun berbalik ke masa kecil ketika dengan teman-teman sepermainan, Penulis memperebutkan bola plastik yang sudah pecah di teras rumah panggung kayu kami yang luas. Lingkungan rumah yang berada diatas sungai, hingga tidak tersedia lapangan luas, membuat kami beradaptasi dalam bermain sepakbola. Tetap dengan keceriaan khas anak-anak. Menyenangkan.
Berbagai jenis permainan anak tradisional banyak tersebar diberbagai daerah di Indonesia, bahkan di dunia, disinyalir terancam punah karena tidak ada lagi yang memainkannya. Padahal aneka permainan tersebut memiliki banyak keunggulan yang tak didapat pada permainan modern, seperti tumbuhnya rasa solidaritas atau kesetiakawanan, rasa empati kepada sesama, keakraban dengan alam, dan selalu menjunjung nilai sportifitas. Selain itu, aneka permainan anak tradisional juga akan menjauhkan anak dari sikap konsumtif, menampilkan kegembiraan, gerak tubuh yang ekspresif, disamping juga melatih tingkat kecerdasan dan logika.
Berbagai jenis permainan anak tradisional banyak tersebar diberbagai daerah di Indonesia, bahkan di dunia, disinyalir terancam punah karena tidak ada lagi yang memainkannya. Padahal aneka permainan tersebut memiliki banyak keunggulan yang tak didapat pada permainan modern, seperti tumbuhnya rasa solidaritas atau kesetiakawanan, rasa empati kepada sesama, keakraban dengan alam, dan selalu menjunjung nilai sportifitas. Selain itu, aneka permainan anak tradisional juga akan menjauhkan anak dari sikap konsumtif, menampilkan kegembiraan, gerak tubuh yang ekspresif, disamping juga melatih tingkat kecerdasan dan logika.
Bunyi klakson mobil menyadarkan Penulis, maka kuteruskan perjalanan menuju rumah. Di jalan depan rumah, anak-anak sedang mengerjakan sesuatu. Penuh tawa dan canda. Penulis memarkir motor dan bergabung dengan keriaan anak-anak tadi. Mereka mengumpulkan batok kelapa, tali rapia, dan paku.
Batok kelapa yang sudah diambil isinya dibagi dua dan dirapikan ujungnya. Kemudian dengan bantuan paku, atasnya dibolongi. Setelah itu, dari lubang tadi dimasukan tali plastik dan diikat ujungnya sementara ujung tali plastik satu lagi disambung ke batok yang lain hingga menyerupai sandal bakiak dengan tali rapia sebagai pegangannya. Setelah menyelesaikan pekerjaan, permainan pun dimulai. Masing-masing anak memegang alat permainannya dan, prit!, lomba berlangsung meriah ditingkahi teriakan dari suporter. Bergantian mereka berlomba. Penuh keceriaan dan sportifitas.
Kenangan kembali hadir kala kami berlomba enggrang yang terbuat dari kayu reng. Biasanya enggrang terbuat dari bambu, tapi, karena keterbatasan bambu di lingkungan kami, jadilah kayu sebagai gantinya. Tetap menarik dan penuh keriangan. Sportifitas tetap dijunjung.
Waktu terus berjalan, generasi pun berganti, tapi permainan anak-anak tetap hadir. Keriaan akan tetap ada diantara mereka. Penulis tak percaya kalau ada yang mengatakan permainan anak-anak akan tergerus waktu dan kecanggihan teknologi karena permainan anak tak akan lekang dan akan beradaptasi dengan kebutuhan sang anak dan perkembangan zaman. Itulah sisi lain yang dapat diperoleh dari aneka permainan tradisional adalah memungkinkan timbulnya inisiatif, kreatifitas anak untuk menciptakan dan inovasi untuk memproduksi sendiri. Dengan munculnya daya kreatifitas itu, si anak akan mencoba mencari desain baru dan mengadaptasi permainan yang mereka butuhkan.
Kepada anak-anak di seluruh dunia, selamat menikmati indahnya masa kanak-kanak. Bermain, bermain, dan bermainlah. Penuhi imajinasi kanak-kanak untuk menjadi kenangan di masa dewasa.
Macam Permainan anak-anak tradisional:
Bekel, Bola Bekel. Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan. Untuk mengurangi daya beli, bola bekel sekarang bewarna polos dan biji pun bisa bisa menggunakan media batu atau benda kecil lainnya.
Cara bermainnya : Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan dimulai dengan melemparkan bola ke atas dan menghamparkan biji. Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali. Kemudian, pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai sejumlah biji yang dimainkan. Setelah mengambil biji secara langsung selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk tertentu sebelum diambil.
Pemain akan kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil.
Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.
Cara bermainnya : Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan dimulai dengan melemparkan bola ke atas dan menghamparkan biji. Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali. Kemudian, pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai sejumlah biji yang dimainkan. Setelah mengambil biji secara langsung selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk tertentu sebelum diambil.
Pemain akan kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil.
Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.
Petak Umpet, Sumputan. Permainan ini dimainkan oleh banyak anak. Cara bermain: Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari tiap orang yang bersembunyi. Bila telah menemukan orang yang bersembunyi, pencari ini harus cepat berlari ke benteng sambil menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga. Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari. Setelah semua telah ketahuan persembunyiannya, maka pencari akan menutup matanya kembali pada benteng dan anak-anak lain membentuk barisan di belakangnya. Pencari akan menyebut salah satu nomor. Anak yang ada di urutan nomor yang disebut akan menjadi pihak yang kalah bila tadi dia tidak berhasil lebih dulu mencapai benteng. Sedangkan bila anak pada urutan yang disebut ternyata adalah anak yang berhasil mencapai benteng lebih dulu pada saat ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam posisi kalah dan permainan dilanjutkan.
Petak Jongkok, kejar-kejaran. Permainan ini dimainkan oleh banyak anak dan tidak memerlukan alat bantu. Cara bermain: Tentukan satu orang yang akan mengejar. Untuk menghindari pengejar, setiap anak boleh jongkok. Bila jongkok berarti dia tidak dapat disentuh oleh pengejar. Anak yang berdiri dapat membangunkan anak yang jongkok. Anak yang tidak jongkok dan berhasil disentuh oleh pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya. Apabila semua pemain jongkok, maka permainan dianggap selesai dan permainan mulai lagi dari awal dengan menentukan satu orang yang akan mengejar sementara pengejar terdahulu lepas dari kewajiban.
Petak Benteng, Bentengan. Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim. Cara bermain: Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon, tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh, mereka dapat kembali ke benteng masing-masing.
Siapa yang tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga, maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim tersebut menjadi pemenangnya.
Siapa yang tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga, maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim tersebut menjadi pemenangnya.
Taplak, Engklek, Cak Engkling. Arena permainan ini berbentuk kotak-kotak memanjang. Ada satu kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus. Cara bermain: Tiap anak memegang batu kecil sebagai alat permainan dan berusaha melemparkan ke arena, mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke dalam kotak-kotak tersebut. Setelah berhasil sampai ujung, anak harus kembali ke tempat asal, sambil memungut batu miliknya yang berada dalam kotak. Giliran akan berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah melemparkan batu.
Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung, dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak mendapatkan bintang adalah pemenangnya.
Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung, dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak mendapatkan bintang adalah pemenangnya.