Senin, 28 Februari 2011

Permainan Anak Tak Akan Pernah Lekang


Jam setengah lima sore, dengan kendaraan andalan, sepeda roda dua, Penulis memasuki jalan perumahan menuju rumah. Penulis menghentikan kendaraan ketika bola sepak berhenti tepat didepan motor. 

“Tendang, Om!”teriak seseorang dari lapangan.

Kuarahkan motor mendekati bola sepak dan menendangnya menuju anak-anak yang berkerumun di lapangan voli. Serentak anak-anak tadi bergerak mengejar bola sepak yang kulitnya sudah terkelupas habis akibat sepakan banyak kaki itu. Sebenarnya bola sepak itu tak layak lagi dimainkan karena sudah bocor hingga tidak membal. Pasti produk murahan, tapi bola sepak itu adalah barang mewah bagi mereka. Permainan tetap berjalan. Meriah, ceria, dan penuh sportifitas. 

Kenangan pun berbalik ke masa kecil ketika dengan teman-teman sepermainan, Penulis memperebutkan bola plastik yang sudah pecah di teras rumah panggung kayu kami yang luas. Lingkungan rumah yang berada diatas sungai, hingga tidak tersedia lapangan luas, membuat kami beradaptasi dalam bermain sepakbola. Tetap dengan keceriaan khas anak-anak. Menyenangkan. 


Berbagai jenis permainan anak tradisional banyak tersebar diberbagai daerah di Indonesia, bahkan di dunia, disinyalir terancam punah karena tidak ada lagi yang memainkannya. Padahal aneka permainan tersebut memiliki banyak keunggulan yang tak didapat pada permainan modern, seperti tumbuhnya rasa solidaritas atau kesetiakawanan, rasa empati kepada sesama, keakraban  dengan alam, dan selalu menjunjung nilai sportifitas. Selain itu, aneka permainan anak tradisional juga akan  menjauhkan anak dari sikap konsumtif, menampilkan kegembiraan, gerak tubuh yang ekspresif, disamping juga melatih tingkat kecerdasan dan logika.

Bunyi klakson mobil menyadarkan Penulis, maka kuteruskan perjalanan menuju rumah. Di jalan depan rumah, anak-anak sedang mengerjakan sesuatu. Penuh tawa dan canda. Penulis memarkir motor dan bergabung dengan keriaan anak-anak tadi. Mereka mengumpulkan batok kelapa, tali rapia, dan paku. 
Batok kelapa yang sudah diambil isinya dibagi dua dan dirapikan ujungnya. Kemudian dengan bantuan paku, atasnya dibolongi. Setelah itu, dari lubang tadi dimasukan tali plastik dan diikat ujungnya sementara ujung tali plastik satu lagi disambung ke batok yang lain hingga menyerupai sandal bakiak dengan tali rapia sebagai pegangannya. Setelah menyelesaikan pekerjaan, permainan pun dimulai. Masing-masing anak memegang alat permainannya dan, prit!, lomba berlangsung meriah ditingkahi teriakan dari suporter. Bergantian mereka berlomba. Penuh keceriaan dan sportifitas.

Kenangan kembali hadir kala kami berlomba enggrang yang terbuat dari kayu reng. Biasanya enggrang terbuat dari bambu, tapi, karena keterbatasan bambu di lingkungan kami, jadilah kayu sebagai gantinya. Tetap menarik dan penuh keriangan. Sportifitas tetap dijunjung.

Waktu terus berjalan, generasi pun berganti, tapi permainan anak-anak tetap hadir. Keriaan akan tetap ada diantara mereka. Penulis tak percaya kalau ada yang mengatakan permainan anak-anak akan tergerus waktu dan kecanggihan teknologi karena permainan anak tak akan lekang dan akan beradaptasi dengan kebutuhan sang anak dan perkembangan zaman. Itulah sisi lain yang dapat diperoleh dari aneka permainan tradisional adalah memungkinkan timbulnya inisiatif, kreatifitas anak untuk menciptakan dan inovasi untuk memproduksi sendiri. Dengan munculnya daya kreatifitas itu, si anak akan mencoba mencari desain baru dan mengadaptasi permainan yang mereka butuhkan. 

Kepada anak-anak di seluruh dunia, selamat menikmati indahnya masa kanak-kanak. Bermain, bermain, dan bermainlah. Penuhi imajinasi kanak-kanak untuk menjadi kenangan di masa dewasa.

Macam Permainan anak-anak tradisional:

Bekel, Bola Bekel. Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan. Untuk mengurangi daya beli, bola bekel sekarang bewarna polos dan biji pun bisa bisa menggunakan media batu atau benda kecil lainnya. 
Cara bermainnya : Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan dimulai dengan melemparkan bola ke atas dan menghamparkan biji. Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali. Kemudian, pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai sejumlah biji yang dimainkan. Setelah mengambil biji secara langsung selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk tertentu sebelum diambil. 
Pemain akan kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil. 
Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.

Petak Umpet, Sumputan. Permainan ini dimainkan oleh banyak anak. Cara bermain: Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari tiap orang yang bersembunyi. Bila telah menemukan orang yang bersembunyi, pencari ini harus cepat berlari ke benteng sambil menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga. Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari. Setelah semua telah ketahuan persembunyiannya, maka pencari akan menutup matanya kembali pada benteng dan anak-anak lain membentuk barisan di belakangnya. Pencari akan menyebut salah satu nomor. Anak yang ada di urutan nomor yang disebut akan menjadi pihak yang kalah bila tadi dia tidak berhasil lebih dulu mencapai benteng. Sedangkan bila anak pada urutan yang disebut ternyata adalah anak yang berhasil mencapai benteng lebih dulu pada saat ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam posisi kalah dan permainan dilanjutkan.

Petak Jongkok, kejar-kejaran. Permainan ini dimainkan oleh banyak anak dan tidak memerlukan alat bantu. Cara bermain: Tentukan satu orang yang akan mengejar. Untuk menghindari pengejar, setiap anak boleh jongkok. Bila jongkok berarti dia tidak dapat disentuh oleh pengejar. Anak yang berdiri dapat membangunkan anak yang jongkok. Anak yang tidak jongkok dan berhasil disentuh oleh pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya. Apabila semua pemain jongkok, maka permainan dianggap selesai dan permainan mulai lagi dari awal dengan menentukan satu orang yang akan mengejar sementara pengejar terdahulu lepas dari kewajiban.

Petak Benteng, Bentengan. Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim. Cara bermain: Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon, tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh, mereka dapat kembali ke benteng masing-masing.
Siapa yang tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga, maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim tersebut menjadi pemenangnya.


Taplak, Engklek, Cak Engkling. Arena permainan ini berbentuk kotak-kotak memanjang.  Ada satu kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus. Cara bermain: Tiap anak memegang batu kecil sebagai alat permainan dan berusaha melemparkan ke arena, mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke dalam kotak-kotak tersebut. Setelah berhasil sampai ujung, anak harus kembali ke tempat asal, sambil memungut batu miliknya yang berada dalam kotak. Giliran akan berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah melemparkan batu.
Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung, dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak mendapatkan bintang adalah pemenangnya.

Rabu, 09 Februari 2011

Demokrasi Versi Rezim Berkuasa


Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi tak langsung). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία – (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",yang dibentuk dari kata δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (Kratos) "kekuasaan", merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan ke-4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi rakyat pada tahun 508 SM.
Semangat Demokrasi sempat padam ketika perjalanan sejarah dunia lebih mendukung sistem kerajaan. Ini terlihat ketika Eropa menganut  sistem feodal dimana kehidupan sosial dan spiritual dikuasai Paus dan pemuka agama sementara kehidupan politik dikuasai para bangsawan.
Barulah ketika pemikir-pemikir jenial yang muak dengan kekisruhan, skandal, dan pertumpahana darah antar kerajaan kembali melirik sistem Demokrasi. Pemikir-pemikir yang mendukung berkembangnya Demokrasi mulai bermunculan seperti John Locke dari Inggris (1632-1704) dan Mostesquieu dari Perancis (1689-1755). Menurut Locke hak-hak politik mencakup atas hidup, hak atas kebebasan dan hak untuk mempunyai milik (life, liberty and property), sedangkan Montesquieu menyusun suatu sistem yang dapat menjamin hak-hak politik dengan pembatasan kekuasaan yang dikenal dengan Trias Politica. Trias Politica sendiri menganjurkan pemisahan kekuasaan, bukan pembagian kekuasaan. Kekuasaan pemerintahan dipisah menjadi 3 kekuasaan. Ketiganya terpisah agar tidak ada penyalahgunaan wewenang. Dalam perkembangannya konsep pemisahan kekuasaan sulit dilaksanakan, maka diusulkan perlu meyakini adanya keterkaitan antara tiga lembaga yaitu eksekutif, yudikatif dan legislatif.
Dalam perjalanannya, Demokrasi mengalami perkembangan, baik itu dalam hal definisi maupun adanya penambahan nama. Secara definisi, ada Demokrasi Parlementer, Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, Demokrasi melalui Referendum, dan banyak lagi, sedangkan demokrasi dengan penambahan nama, kita ambil contoh di Indonesia, yaitu Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila. Evolusi demokrasi pun akan terus berlanjut.
Definisi Demokrasi yang dianut  oleh beberapa Negara, yaitu:
1.      Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
2.      Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan, dianut sepenuhnya oleh Amerika Serikat. Dalam sistem ini, kekuasaan legislatif dipegang oleh Kongres, kekuasaan eksekutif dipegang Presiden, dan kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung. Dengan adanya pemisahan kekuasaan seperti itu, akan menjamin keseimbangan dan menghindari penumpukan kekuasaan dalam pemerintah.
3.      Demokrasi melalui referendum adalah pengawasan dilakukan oleh rakyat dengan cara referendum. Sistem referendum menunjukkan suatu sistem pengawasan langsung oleh rakyat. Demokrasi Referendum terbagi dua lagi, yaitu referendum obligator yang lebih menekankan pada pemungutan suara yang wajib dilakukan dalam merencanakan pembentukan UUD Negara  dan referendum fakultatif yang menenkankan pada pemuungutan suara tentang rencana undang-undang yang sifatnya tidak wajib.
Tapi ada fenomena menarik mengenai demokrasi bila itu berkaitan dengan kekuasaan  rezim sebuah pemerintahan. Dengan dalih azas kebebasan bersuara, berpendapat, dan untuk kemaslahatan umat, maka berbagai faham demokrasi dengan sebutan yang disesuaikan dengan kepentingan rezim tersebut terbit. Dalam sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, kita mengenal  Demokrasi versi pemerintahan Orde Baru, yaitu :
1.      Demokrasi Liberal adalah demokrasi yang mendasarkan pada sistem dimana kekuasaan penguasa dibatasi secara ketat sementara setiap individu diberikan kebebasan secara istimewa. Di sini negara tidak ikut campur dalam urusan warganya kecuali yang menyangkut kepentingan umum, seperti bencana alam, hubungan luar negeri, dan lain-lain.
2.      Demokrasi Terpimpin adalah adalah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja.
3.      Demokrasi Komunis adalah demokrasi yang mendasarkan diri pada ajaran Karl Marx dimana hak perseorangan harus dikalahkan dan dijadikan milik bersama. Sistem ini juga menghendaki pengaturan masyarakat secara keseluruhan atas dasar tertentu dengan kelomp kecil penguasa yang memonopoli kekuasaan.
4.      Demokrasi Pancasila adalah  demokrasi yang bersumber pada
kepribadian
dan filsafat hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Hal ini
menyeb
abkan berbagai bentuk pelaksanaan demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, & bernegara harus berdasarkan Pancasila.
Dan sekarang setelah runtuhnya Blok Timur dan meninggalkan satu kekuatan saja, AS dan Barat, maka sejarah Demokrasi pun terus bergulir. Kini Barat menebarkan Demokrasi Koboy ke seluruh penjuru dunia. Sebenarnya sistem ini telah lama diterapkan, tapi tidak teraktualisasikan karena kalah, atau bisa saja disembunyikan, dengan persoalan-persoalan dunia lainnya.
Sekarang apa itu Demokrasi Koboy? Demokrasi Koboy, Demokrasi yang dikemas sedemikian rupa dan berkedok atas azas kebebasan berpendapat yang diperkenalkan oleh Amerika Serikat dan begundal-begundalnya, mempunyai  definisinya sederhana saja, yaitu suatu negara dikualifikasikan sebagai negara demokrasi apabila negara tadi bersedia menjadi hamba AS dan Negara Barat serta mau menjalankan kebijakan dan menjaga semua kepentingan Barat di Negara tersebut.
 Kita ambil contoh :
1.      Pemerintahan Soekarno awalnya adalah partner dunia Barat hingga kekuasaannya bisa langgeng dengan Demokrasi Terpimpinnya hingga ketika Soekarno beralih ke Rusia, maka Barat pun bergerak menjatuhkannya.
2.      Pemerintahan Soeharto mampu berkuasa selama 32 tahun karena selalu manut dengan Barat. Hanya karena kekuatan rakyat saja Orde Baru dapat ditumbangkan.
3.      Kemenangan Hamas pada Pemilihan Umum Palestina dianggap tidak sah oleh Barat karena Hamas mustahil untuk bisa dijadikan boneka Barat. Padahal Pemilihan Umum tersebut dinyatakan berjalan baik oleh pengamat asing yang notabene berasal dari Barat.
4.      Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun tetap didukung Barat dengan misi diplomatiknya, “tak mau campur tangan urusan dalam negeri negara lain”, meskipun nyata-nyata Hosni Mubarak adalah diktator. Alasannya hanya satu, Hosni Mubarak mau menjaga kepentingan Israel dan Barat di kawasaan Timur Tengah.
Sebenarnya terlalu banyak contoh kesewenang-wenangan Barat dalam menanamkan konsep Demokrasi Koboi diberbagai belahan dunia ini dan atas nama nikmatnya kekuasaan pula banyak kepala pemerintahan yang dengan rela menjadi kaki tangan Barat.