Jujur, dalam bahasa Arab, semakna dengan assidqu atau siddiq yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Sedang secara
istilah, jujur atau assidqu berarti
(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) kesesuaian antara informasi dan
kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan hati; dan, terakhir, (4) sesuatu yang
baik yang tidak dicampuri kedustaan.
Kejujuran merupakan dasar atas tegaknya nilai-nilai
kebenaran karena kejujuran identik dengan kebenaran. Ini sesuai dengan
firman-Nya dalam QS. Al-ahzab:70, yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman!
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”
Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan
sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang
melaksanakan amanat disebut al-Amin, yaitu
orang yang terpercaya, jujur, dan setia.
Bersikap jujur menjadi perhatian utama dalam ajaran
Islam. Jujur dalam kehidupan sehari-hari harus menjadi suatu kebiasaan bagi
untuk umat Islam. Hal ini terlihat dalam beberapa ayat Al Quran yang secara
rinci menganjurkan umat Islam untuk secara kaffah bersikap jujur dalam
setiap sendi kehidupan masyarakat Islam, yaitu :
1.
QS. Al-Maidah: 8:
“Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
sekali-kali, janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
2.
QS. At-Taubah:119
“Hai
orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.”
Kandungan
ayat ini memerintahkan orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekerjaan mereka
dengan cermat, jujur, dan ikhlas karena Allah, terutama pekerjaan yang
bertalian dengan urusan kehidupan dunia. Karena hanya dengan bersikap jujur,
manusia dapat sukses dan memperoleh balasan yang setimpal dengan yang
diharapkan.
Imam Al-Ghazali membagi sifat jujur atau benar sebagai
berikut:
1. Jujur dalam niat, yaitu dalam seriap tindakan dan
geraknya, manusia tidak boleh memiliki dorongan lain selain karena Allah.
2. Jujur dalam perkataan, yaitu manusia harus dapat memelihara perkataannya.
Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya harus sesuai dengan kenyataan yang
didengar dan dilihatnya. HOAX termasuk produk manusia yang bersikap tidak
jujur.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga setiap
tindakan tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya.
2. Jujur dalam perkataan, yaitu manusia harus dapat memelihara perkataannya.
Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya harus sesuai dengan kenyataan yang
didengar dan dilihatnya. HOAX termasuk produk manusia yang bersikap tidak
jujur.
3. Jujur dalam perbuatan, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga setiap
tindakan tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya.
Nabi Muhammad Saw adalah contoh nyata dari manusia
sempurna dalam hal penerapan sikap jujur dalam kehidupan dan teladan dalam hal
penghormatan kepada sikap jujur. Salah satu faktor yang menyebabkan
keberhasilan Nabi Muhammad Saw membangun masyarakat Islam adalah karena
sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji. Salah satu sifat Nabi Muhammad
yang selalu diingat oleh masyarakat Quraisy adalah kejujurannya. Ini terbaca
dibanyak cerita-cerita yang berkembang di masyarakat Islam Mekkah.