Ada
satu kelompok kaum muslim yang disingkirkan dari komunitas kami dan sangat
dibenci oleh saudara-saudara yang selama ini bersahabat dengan saya. Jamaah
mesjid USF yang dibentuk dan dikelola oleh mahasiswa-mahasiswa Sunni
menjelaskan bahwa kaum muslim Syiah di sana tidak disukai dan tidak diterima di
mesjid kami. Sesungguhnya kedua kelompok itu hampir tak pernah bergaul dengan
baik. Sebagian besar saudara-saudara Sunni, terutama yang berasal dari Jazirah
Arab, sangat mengecam orang-orang Syiah dan bahkan merendahkan mereka.
Perang
Iran-Irak sedang berlangsung sengit dan sejumlah besar literatur anti-Syiah
membanjiri mesjid-mesjid Amerika yang dikirim dari Negara-Negara Teluk, yang
pada waktu itu mendukung Saddam Hussein.(Islam Syiah adalah mazhab Islam yang
dominan di Iran). Tulisan-tulisan ini jelas lebih bersifat propaganda ketimbang
karya ilmiah. Meskipun demikian, saya mempelajarinya dan menggunakan
informasinya dalam mengecam Islam Syiah habis-habisan kapan saja ada
kesempatan.
Pada
suatu malam ketika sedang memberikan ceramah di mesjid tentang bahaya Islam
Syiah, saya mengakhiri ceramah serangan itu dengan menggambarkan mazhab Islam
ini sebagai “ancaman terbesar bagi Islam dewasa ini” dan “racun mematikan dalam
tubuh umat Islam”. Sewaktu meninggalkan mesjid, seorang mahasiswa Timur Tengah
dengan sopan meminta berbicara secara pribadi dengan saya sebentar.
Ia
mengatakan kepada saya bahwa ia berasal dari Iran dan, sekalipun dibesarkan
dalam keluarga Syiah, ia telah menjadi seorang muslim Sunni beberapa tahun yang
lalu. Ia berkata bahwa pidato yang baru saja saya sampaikan sangat melukai
hatinya. Karena ia terus menerus memikirkan ibu dan ayahnya ketika saya
melukiskan berbagai keburukan dan bahaya bagi Islam yang ditimbulkan oleh Islam
Syiah.
Sekalipun
telah menghabiskan sebagian besar umurnya dalam masyarakat berpenduduk
mayoritas Syiah, belum pernah ia mendengar bahwa orang-orang Syiah meyakini dan
mengamalkan apa yang saya katakana.
Dengan
nada suara penuh kemasygulan, ia berkata,”Anda telah menjadikan orang tua saya
tampak seperti musuh-musuh Islam! Demi Allah, dari mana Anda memperoleh
informasi seperti itu?”
Dengan
segera saya diliputi oleh perasaan menyesal karena saya mengetahui bahwa
“fakta-fakta” itu saya himpun secara terburu-buru dan tidak bertanggung jawab
dan bahwa apa yang dikatakan oleh saudara saya dari Iran itu mungkin saja
benar. Sebelum percakapan kami berakhir, saya minta maaf kepadanya dan berjanji
bahwa saya akan mengkaji Islam syiah secara lebih mendalam dan objektif, dan
saya akan mengoreksi semua pernyataan saya yang salah di depan umum.
Tak
lama kemudian, saya mengetahui bahwa apa yang saya ceramahkan malam itu
semuanya sarat dengan informasi keliru, salah-tafsir, dan pernyataan
berlebihan. Sampai detik ini, saya masih saja mendengar berbagai pernyataan
saya yang salah dalam ceramah itu dan saya terus berusaha mengoreksinya kapan
saja.
Ilustrasi diatas saya kutip dari buku Bahkan Malaikat Pun Bertanya, Membangun Sikap Ber-Islam yang Kritis karya Jeffrey Lang
yang diterbitkan oleh PT Serambi Ilmu Semesta tahun 2000. Bukan, bukan saya mau
membela salah satu pemahaman atau pun menyalahkan salah satunya, bukan itu
maksudnya. Terus terang saja wawasan
keberagamaan saya masih sangatlah dangkal. Saya tak faham apa itu Syiah,
Sunni, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Darul Arqam, Naqsyabandiyah dan
banyak lagi. Yang saya faham semuanya mengakui adanya Tuhan dan mengakui nabi
terakhir mereka Muhammad.
Kenapa mereka yang mengaku pecinta Nabi
Muhammad SAW dan mengakui Allah sebagai yang Satu saling memaki dan
merendahkan? Atau lebih ekstrim lagi menghalalkan darah saudaranya yang berbeda
faham.
Atau tidakkah sebaiknya tak perlu saling
menghujat dan berbaku pukul karena akan merusak citra agama dan penganutnya itu
sendiri, tapi berperanglah melalui pemikiran, berjihad dengan pena, dengan
tujuan untuk berbagi pemikiran dan menawarkan jalan tengah, bukan untuk mencari
faham siapa yang unggul dan faham mana yang salah karena faham dan pemikiran
seseorang terlalu sukar untuk berubah dan diubah, terutama bagi mereka yang
berwawasan dangkal yang membisu dalam tempurung taklid.