Senin, 25 Juni 2012

Mereka yang Membisu Dalam Tempurung Taklid


Ada satu kelompok kaum muslim yang disingkirkan dari komunitas kami dan sangat dibenci oleh saudara-saudara yang selama ini bersahabat dengan saya. Jamaah mesjid USF yang dibentuk dan dikelola oleh mahasiswa-mahasiswa Sunni menjelaskan bahwa kaum muslim Syiah di sana tidak disukai dan tidak diterima di mesjid kami. Sesungguhnya kedua kelompok itu hampir tak pernah bergaul dengan baik. Sebagian besar saudara-saudara Sunni, terutama yang berasal dari Jazirah Arab, sangat mengecam orang-orang Syiah dan bahkan merendahkan mereka.
Perang Iran-Irak sedang berlangsung sengit dan sejumlah besar literatur anti-Syiah membanjiri mesjid-mesjid Amerika yang dikirim dari Negara-Negara Teluk, yang pada waktu itu mendukung Saddam Hussein.(Islam Syiah adalah mazhab Islam yang dominan di Iran). Tulisan-tulisan ini jelas lebih bersifat propaganda ketimbang karya ilmiah. Meskipun demikian, saya mempelajarinya dan menggunakan informasinya dalam mengecam Islam Syiah habis-habisan kapan saja ada kesempatan.
Pada suatu malam ketika sedang memberikan ceramah di mesjid tentang bahaya Islam Syiah, saya mengakhiri ceramah serangan itu dengan menggambarkan mazhab Islam ini sebagai “ancaman terbesar bagi Islam dewasa ini” dan “racun mematikan dalam tubuh umat Islam”. Sewaktu meninggalkan mesjid, seorang mahasiswa Timur Tengah dengan sopan meminta berbicara secara pribadi dengan saya sebentar.
Ia mengatakan kepada saya bahwa ia berasal dari Iran dan, sekalipun dibesarkan dalam keluarga Syiah, ia telah menjadi seorang muslim Sunni beberapa tahun yang lalu. Ia berkata bahwa pidato yang baru saja saya sampaikan sangat melukai hatinya. Karena ia terus menerus memikirkan ibu dan ayahnya ketika saya melukiskan berbagai keburukan dan bahaya bagi Islam yang ditimbulkan oleh Islam Syiah.
Sekalipun telah menghabiskan sebagian besar umurnya dalam masyarakat berpenduduk mayoritas Syiah, belum pernah ia mendengar bahwa orang-orang Syiah meyakini dan mengamalkan apa yang saya katakana.
Dengan nada suara penuh kemasygulan, ia berkata,”Anda telah menjadikan orang tua saya tampak seperti musuh-musuh Islam! Demi Allah, dari mana Anda memperoleh informasi seperti itu?”
Dengan segera saya diliputi oleh perasaan menyesal karena saya mengetahui bahwa “fakta-fakta” itu saya himpun secara terburu-buru dan tidak bertanggung jawab dan bahwa apa yang dikatakan oleh saudara saya dari Iran itu mungkin saja benar. Sebelum percakapan kami berakhir, saya minta maaf kepadanya dan berjanji bahwa saya akan mengkaji Islam syiah secara lebih mendalam dan objektif, dan saya akan mengoreksi semua pernyataan saya yang salah di depan umum.
Tak lama kemudian, saya mengetahui bahwa apa yang saya ceramahkan malam itu semuanya sarat dengan informasi keliru, salah-tafsir, dan pernyataan berlebihan. Sampai detik ini, saya masih saja mendengar berbagai pernyataan saya yang salah dalam ceramah itu dan saya terus berusaha mengoreksinya kapan saja.
Ilustrasi diatas saya kutip dari buku Bahkan Malaikat Pun Bertanya, Membangun Sikap Ber-Islam yang Kritis karya Jeffrey Lang yang diterbitkan oleh PT Serambi Ilmu Semesta tahun 2000. Bukan, bukan saya mau membela salah satu pemahaman atau pun menyalahkan salah satunya, bukan itu maksudnya. Terus terang saja wawasan  keberagamaan saya masih sangatlah dangkal. Saya tak faham apa itu Syiah, Sunni, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Darul Arqam, Naqsyabandiyah dan banyak lagi. Yang saya faham semuanya mengakui adanya Tuhan dan mengakui nabi terakhir mereka Muhammad.

Kenapa mereka yang mengaku pecinta Nabi Muhammad SAW dan mengakui Allah sebagai yang Satu saling memaki dan merendahkan? Atau lebih ekstrim lagi menghalalkan darah saudaranya yang berbeda faham.

Atau tidakkah sebaiknya tak perlu saling menghujat dan berbaku pukul karena akan merusak citra agama dan penganutnya itu sendiri, tapi berperanglah melalui pemikiran, berjihad dengan pena, dengan tujuan untuk berbagi pemikiran dan menawarkan jalan tengah, bukan untuk mencari faham siapa yang unggul dan faham mana yang salah karena faham dan pemikiran seseorang terlalu sukar untuk berubah dan diubah, terutama bagi mereka yang berwawasan dangkal yang membisu dalam tempurung taklid.