Kamis, 02 April 2020

Berkhianat Kepada Tuhan



Ketika Nabi Muhammad berkumpul dengan sahabat-sahabatnya, beliau menyuruh Ali bin Abi Thalib mendekatinya. Beliau berbisik ke telinga Ali dan kemudian beliau mengangkat kepala seperti terkejut.

"Ali, keluarlah. Bawalah orang itu seperti membawa kambing ke tukang perah,"perintah Rasul kepada Ali.

Tidak lama kemudian, Ali masuk membawa seseorang ke depan dengan menjewer kupingnya. Orang-orang mengenalnya sebagai Al-Hakam bin Al-'Ash. Pada zaman jahiliyah, ia bertetangga dengan Nabi. Ia sangat sering mengganggu Nabi.

Setelah Mekkah ditaklukkan, ia ikut hijrah ke Medinah. Ia masuk Islam, walaupun hanya Allah yang tahu akan kadar keislamannya.

Kesenangannya mengganggu Nabi tidak berhenti. Kalau Nabi berbicara dalam majelis, dari belakang, ia mencemooh Nabi dengan meniru-niru gerakan Nabi. Pada suatu hari, Nabi memergokinya. Nabi pun berucap,"Fakadzalika fahakan. Jadilah engkau seperti itu." Sampai akhir hayatnya, tubuh Al-Hakam bin Al-'Ash selalu bergetar dan bergerak.

Al-Hakam bin Al-'Ash juga senang mencuri dengar pembicaraan Nabi bila beliau berbicara tentang nama-nama orang musyrik dan munafik. Kemudian ia akan menyebarkannya kepada orang banyak. Kadang-Kadang ia mengintip Nabi ketika Nabi sedang berada di rumah istri-istrinya.

Pernah ia terpergok mencuri dengar pembicaraan Nabi. Di hadapan para sahabat, beliau melaknat Al-Hakam bin Al-'Ash tiga kali seraya berkata,"Sesungguhnya orang ini akan mengkhianati kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya. Dari sulbinya akan keluar fitnah yang kabutnya sampai ke langit."

Atas perintah Nabi, Al-Hakam bin Al-'Ash dan anaknya diusir ke Thaif. Pada pemerintahan khalifah Usman bin Affan, mereka dikembalikan lagi ke Medinah dan pada pemerintahan Mu'awiyah, Marwan bin Al Hakam diangkat menjadi gubernur Medinah. Pernah pada waktu salat Idul Fitri, ia ditegur para sahabat karena menyampaikan khutbah sebelum salat.

Pernah pula, ketika menyampaikan khutbah Jumat, ia mengatakan bahwa surah Al Ahqaf ayat 17 turun berkenaan dengan Abdurrahman bin Abu Bakar.  Aisyah, saudara Abdurrahman bin Abu Bakar, menegur Marwan bin Al Hakam dan mengecamnya sebagai tetesan laknat Allah dan Rasul-Nya. Aisyah menegaskan bahwa tidak pernah turun ayat Al Quran yang mengecam keluarga Abu Bakar, yang ada malah mengenai ayah Marwan bin Al Hakam, yaitu Al Hakam bin Al 'Ash, yaitu surah Al Qalam ayat 10,"Janganlah kamu ikuti setiap orang yang suka bersumpah dan hina, suka mencela, berjalan ke sana kemari menyebarkan fitnah."

Kelak Marwan bin Al Hakam menjadi khalifah. Ia mempunyai anak yang menjadi putra mahkota bernama Abdul Malik bin Marwan. Sebelum menjadi khalifah, Abdul Malik bin Marwan selalu berada di masjid. Waktunya dihabiskan dalam beribadah dan membaca Al Quran. Begitu seringnya berada di masjid, sehingga orang menggelari Abdul Malik bin Marwan sebagai hamamatul masjid (merpati masjid). Ketika Marwan bin Al Hakam mati dan kekuasaannya diserahkan kepada Abdul Malik bin Marwan, Abdul Malik bin Marwan sedang berada di masjid. Segera ia mengambil Al Quran dan berkata,"Salam padamu. Inilah hari perpisahan antara aku dengan engkau, Al Quran."

Setelah berkuasa, Abdul Malik bin Marwan tidak pernah ke masjid lagi. Ia minum minuman keras. Ia membiarkan Al Hajjaj membunuhi ribuan umat Islam. Ia berkata,"Sebelum aku menjadi sultan, kematian semut saja membuat aku tidak enak. Sekarang Al Hajjaj mengirim surat bahwa ia telah membunuh ribuan orang, tetapi aku tidak terpengaruh sedikit pun."

Al Zuhri pernah bertanya kepada Abdul Malik bin Marwan apakah ia minum dan Abdul Malik bin Marwan menjawab,"Benar. Bahkan darah manusia pun aku minum."

Seperti banyak manusia lain, Abdul Malik bin Marwan hanya membutuhkan Tuhan ketika kekuasaan belum dipegangnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar