Ketika Nabi Muhammad berkumpul
dengan sahabat-sahabatnya, beliau menyuruh Ali bin Abi Thalib mendekatinya.
Beliau berbisik ke telinga Ali dan kemudian beliau mengangkat kepala seperti terkejut.
"Ali, keluarlah.
Bawalah orang itu seperti membawa kambing ke tukang perah,"perintah Rasul
kepada Ali.
Tidak lama kemudian, Ali
masuk membawa seseorang ke depan dengan menjewer kupingnya. Orang-orang mengenalnya
sebagai Al-Hakam bin Al-'Ash. Pada zaman jahiliyah, ia bertetangga dengan Nabi.
Ia sangat sering mengganggu Nabi.
Setelah Mekkah
ditaklukkan, ia ikut hijrah ke Medinah. Ia masuk Islam, walaupun hanya Allah yang
tahu akan kadar keislamannya.
Kesenangannya mengganggu
Nabi tidak berhenti. Kalau Nabi berbicara dalam majelis, dari belakang, ia mencemooh
Nabi dengan meniru-niru gerakan Nabi. Pada suatu hari, Nabi memergokinya. Nabi
pun berucap,"Fakadzalika fahakan. Jadilah engkau seperti itu."
Sampai akhir hayatnya, tubuh Al-Hakam bin Al-'Ash selalu bergetar dan bergerak.
Al-Hakam bin Al-'Ash juga senang
mencuri dengar pembicaraan Nabi bila beliau berbicara tentang nama-nama orang
musyrik dan munafik. Kemudian ia akan menyebarkannya kepada orang banyak. Kadang-Kadang
ia mengintip Nabi ketika Nabi sedang berada di rumah istri-istrinya.
Pernah ia terpergok
mencuri dengar pembicaraan Nabi. Di hadapan para sahabat, beliau melaknat Al-Hakam
bin Al-'Ash tiga kali seraya berkata,"Sesungguhnya orang ini akan
mengkhianati kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya. Dari sulbinya akan keluar fitnah
yang kabutnya sampai ke langit."
Atas perintah Nabi, Al-Hakam
bin Al-'Ash dan anaknya diusir ke Thaif. Pada pemerintahan khalifah Usman bin
Affan, mereka dikembalikan lagi ke Medinah dan pada pemerintahan Mu'awiyah, Marwan
bin Al Hakam diangkat menjadi gubernur Medinah. Pernah pada waktu salat Idul
Fitri, ia ditegur para sahabat karena menyampaikan khutbah sebelum salat.
Pernah pula, ketika menyampaikan
khutbah Jumat, ia mengatakan bahwa surah Al Ahqaf ayat 17 turun berkenaan
dengan Abdurrahman bin Abu Bakar. Aisyah,
saudara Abdurrahman bin Abu Bakar, menegur Marwan bin Al Hakam dan mengecamnya sebagai
tetesan laknat Allah dan Rasul-Nya. Aisyah menegaskan bahwa tidak pernah turun
ayat Al Quran yang mengecam keluarga Abu Bakar, yang ada malah mengenai ayah Marwan
bin Al Hakam, yaitu Al Hakam bin Al 'Ash, yaitu surah Al Qalam ayat
10,"Janganlah kamu ikuti setiap orang yang suka bersumpah dan hina, suka mencela,
berjalan ke sana kemari menyebarkan fitnah."
Kelak Marwan bin Al Hakam menjadi
khalifah. Ia mempunyai anak yang menjadi putra mahkota bernama Abdul Malik bin
Marwan. Sebelum menjadi khalifah, Abdul Malik bin Marwan selalu berada di masjid.
Waktunya dihabiskan dalam beribadah dan membaca Al Quran. Begitu seringnya
berada di masjid, sehingga orang menggelari Abdul Malik bin Marwan sebagai hamamatul
masjid (merpati masjid). Ketika Marwan bin Al Hakam mati dan kekuasaannya diserahkan
kepada Abdul Malik bin Marwan, Abdul Malik bin Marwan sedang berada di masjid.
Segera ia mengambil Al Quran dan berkata,"Salam padamu. Inilah hari perpisahan
antara aku dengan engkau, Al Quran."
Setelah berkuasa, Abdul Malik
bin Marwan tidak pernah ke masjid lagi. Ia minum minuman keras. Ia membiarkan
Al Hajjaj membunuhi ribuan umat Islam. Ia berkata,"Sebelum aku menjadi
sultan, kematian semut saja membuat aku tidak enak. Sekarang Al Hajjaj mengirim
surat bahwa ia telah membunuh ribuan orang, tetapi aku tidak terpengaruh sedikit
pun."
Al Zuhri pernah bertanya kepada
Abdul Malik bin Marwan apakah ia minum dan Abdul Malik bin Marwan menjawab,"Benar.
Bahkan darah manusia pun aku minum."
Seperti banyak manusia lain, Abdul Malik bin Marwan
hanya membutuhkan Tuhan ketika kekuasaan belum dipegangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar