Senin, 20 Juni 2011

Strategi ORBA yang Harus Ditiru SBY

Sumber: lensaindonesia.com
Mengenang kembali keberhasilan Orde Baru dalam menjalankan pemerintahan yang stabil, keamanan yang terkendali, ketersediaan pangan yang terjaga, dan tingkat kesejahteraan yang tinggi menjadi komoditi yang menarik sebagai jargon politik berbagai parpol politik menjelang suksesi kepemimpinan negeri ini.

Hal ini didukung pula hasil survei yang menyatakan bahwa masyarakat Indonesia rindu akan masa lalu kesuksesan Rezim Soeharto menata Indonesia yang gemah ripah ripah loh jinawi.

Sekarang orang meributkan kegagalan pemerintahan pasca kekuasaan Soeharto mewujudkan kondisi Indonesia seperti  semula. Padahal Soeharto membutuhkan dua puluh tahun masa pemerintahannya untuk mencapai masa keemasan pertumbuhan ekonomi yang semu itu. Sementara masyarakat kini mengharapkan  SBY dapat menggunakan tongkat Harry Potter untuk mengubah semuanya.

Menurut saya, SBY pun bisa menjadikan Indonesia kembali makmur seperti nostalgia masyarakat yang pernah menikmati kue pembangunan Orde Baru, yaitu dengan mengikuti strategi yang dilakukan rezim Soeharto, seperti:
  1. Jangan ada pihak oposisi alias kaum pembangkang. Mereka yang berseberangan dengan SBY harus dienyahkan, baik itu dengan penculikan, petrus yang kembali digiatkan, maupun pembunuhan karakter terhadap keluarga para oposisi. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh rezim Soeharto, tapi banyak pula dilakukan oleh pemerintah otoriter lain di dunia untuk menjaga stabilitas keamanan pemerintahannya dan terbukti andal, sehingga SBY dapat dengan leluasa menjalankan semua kebijakannya tanpa ada rongrongan dari pihak lain.
  2. Semua informasi dikendalikan oleh pemerintah. Tutup semua stasiun televisi, pemancar radio, dan media cetak. TVRI dan RRI dikembalikan pada khittahnya sebagai corong pemerintah. Dengan penguasaan sumber informasi, maka SBY dapat menjalankan politik pencitraannya dengan lebih efektif. Hidup di Indonesia serasa di surga. Kekerasan, kelaparan, dan kriminalitas hanya terjadi di luar sana, bukan di Indonesia.
  3. Pemilihan kepala pemerintah daerah ditentukan oleh pemerintah. Dengan begitu SBY dapat menempatkan orang-orang kepercayaannya diberbagai lini, sehingga semua kebijakan pemerintah dapat berjalan mulus.
  4. Keberadaan partai politik diminimalisir. Mengikuti garis Soeharto, maka partai politik cukup tiga atau dua. Toh, ini sekedar kamuflase agar terlihat seperti negara demokrasi. Rawat dan giring agar partai politik tidak membesar liar.
Yakinlah, bila SBY mau mengikuti kebijakan Orde Baru, maka dengan singkat Indonesia akan kembali menjadi salah satu macan dunia sebagai kekuatan ekonomi, kekuatan keamanan, dan kekuatan politik seperti keinginan mayoritas masyarakat Indonesia dalam hasil survei tadi.

Toh, masyarakat tak memperdulikan bagaimana kehidupan politiknya, berapa banyak orang mati karena kekuatan senjata penguasa, dan perbuatan zalim lain dari pemerintah. Selama kebutuhan hidup terpenuhi dan bukan diri beserta keluarganya yang  terzalimi, maka dunia serasa di surga. Aman tentram gemah ripah loh jinawi. Beres.

Sabtu, 18 Juni 2011

Menapaktilasi Jejak Masa Lalu

Masa lalu, semanis apapun itu, sepahit apapun itu, akan tetap indah untuk kembali dijelajahi guna sekedar menyatukan pilahan-pilahan kenangan untuk mengisi sebuah ruang rindu.
Mencari dan Menyusun Pilahan Jejak Masa Lalu
Ditengah kesibukan kunjungan kerja anggota DPRD, kucoba meluangkan waktu untuk “melarikan diri” guna menapaktilasi jejak-jejak kaki yang pernah tertancap di kota ini. Dengan berkonspirasi dengan seorang teman yang tinggal di Bandung, aku membajak motor sekaligus pemiliknya untuk ikut menemaniku menjelajahi jalan-jalan di kota Bandung guna menemukan kembali pecahan-pecahan kenangan masa lalu.

Perjalanan di mulai dari Soekarno Hatta, tempat rombongan menginap. Sekitar jam sembilan pagi, tanpa sarapan, kami menuju kantornya di daerah Antapani. Rencananya, dari Antapani, setelah menyimpan ransel pakaian, baru kami menjelajah Bandung. Karena tawaran sang teman akan tempat makan favoritnya yang khas banget, aku setuju untuk ikut. Ketika kutanyakan posisi tempatnya, ia pun merahasiakannya. 

Dari Cicadas, kami berbelok memasuki jalan kecil, entah apa nama jalannya, dan berkat kegesitannya membawa motor, meliuk sana meliuk sini, selip sana selip sini, kami keluar di Jalan PHH Musthopa. Rasanya dulu pun saya sering melewati jalan ini. Segera motor menyusuri jalan PHH  Musthopa menuju daerah Gasibu. Setelah Simpang Empat Cikutra, motor terus berjalan.

Mataku tertuju ke satu tempat yang dulu merupakan tempat favoritku. Bersama seorang teman perempuan, aku selalu ke sana untuk memburu buku-buku bekas. Meskipun tidak sekelas dengan Pasar Palasari, aku suka karena di sana aku bersahabat dengan seorang tua pemilik kios buku bekas. Si bapak mempunyai hobi mengumpulkan buku bekas yang sudah tak utuh lagi untuk diperbaiki dan disempurnakannya menjadi utuh kembali. Begitu si bapak meninggal, aku pun jarang ke sana. Sekarang pasar itu sudah tak terpakai lagi. Pasar Buku Suci namanya.

Motor terus berjalan diantara mobil-mobil yang padat merayap. Melewati Gasibu, tempat kesukaanku di hari Minggu untuk menikmati kue Untuk-Untuk, atas permintaanku motor pun menepi untuk sekedar berfhoto sebagai bukti bahwa aku pernah hadir di sini. Tak sampai lima belas menit, kami pun cabut lagi dan berbelok menuju Dipati Ukur.

Aku mulai bisa menebak tujuan temanku, tapi kubiarkan karena dari belakangnya aku sedang mencoba mencari, mengumpulkan, dan menyatukan kembali jejak-jejak kehadiranku di kota ini.

Benarkan. Ia masuk ke Sekeloa, tempat kost pertamaku di kota ini. Motor terus berjalan melewati gang tempat rumah kost. Di sini aku tiga tahun berdiam dengan dua tempat yang berbeda. Seorang temanku, yang tak etis kusebut namanya, apalagi inisial namanya, pernah pula menjadi tetanggaku.

Akhirnya motor berhenti di warung kecil yang berada disudut. Tak strategis sama sekali. Aku mengikuti langkahnya menuju dapur dan memesan makanan. Setelah itu kami duduk dan tak lama kemudian makanan pun tersaji. Semua serba hangat. Sebakul nasi dengan asap mengibar ke angkasa, sayur asem, ikan asin, tempe tahu, dan lalapannya. Pokoknya nyunda abis. Tak ketinggalan ditingkahi obrolan khas para mahasiswa yang sedang makan di sana. Beginikah aku dulu, ya? Oh ya nama tempat makannya adalah Saung Bu Tatang dan masih murah sekali.

Selesai makan, atas bujukanku, motor keluar Sekeloa, naik ke atas menuju Simpang Dago, dan lurus untuk kemudian ke kiri menuju jalan Tamansari. Astaga! Pasar Balubur, tempatku berbelanja, telah hilang berganti pusat berbelanja modern dan dikangkangi jalan layang. Dimana Ibu penjual serabi yang sering kudatangi setiap pagi dulu itu?

Motor masih berjalan pelan, masuk ke kiri terus, terus ke kanan, terus, terus, dan akhirnya gedung tercinta pun muncul dengan gagah. Tempatku mencari ilmu dan segudang pengalaman itu tak berubah. Gedung Unisba itu masih berdiri menampung banyak mahasiswa yang haus ilmu.

Kami pun masuk jalan Tamansari Bawah. Tujuan adalah sekretariat HMI Korkom Unisba. Masuk Tamansari Bawah adalah sebuah perjuangan bagi para pemula. Dulu aku menyebutnya sebagai sebuah labirin. Kalau kita sudah masuk ke sana, akan sulit untuk keluar lagi karena gang-gangnya sangat banyak dan simpang siur. Tapi syukurlah aku masih mempunyai kemampuan untuk mengingat jalur jalan ke tempat tujuan. Sayangnya tempatku menempa diri dan ditempa pengalaman itu sudah hilang. Gedungnya masih ada, tapi tak ada lagi aktivitas diskusi, rapat-rapat, permainan domino ataupun nyanyian dangdut. Semua hilang. 

Handphone berbunyi. Kuangkat dan aku pun harus segera menghentikan petualangan karena mesti bergabung lagi dengan rombongan. 

Sebenarnya masih banyak lagi untaian kenangan yang belum terambil. Tapi biarlah tersisa agar aku bisa hadir lagi untuk mengulanginya kembali

Senin, 13 Juni 2011

Demam Sm#sh Melanda Jambi

“Ayo, Yah, cepat kito berangkat,”rengek si sulung yang tujuh tahun dan belajar di kelas dua SD itu.
 
“Ini kan baru jam satu, Sayang,”jawabku,”Acaranyo ‘kan jam tigoan.”

“Nanti dak kebagian tempat.”

“Ayah kondangan dulu, baru kito nonton,”bujukku.

“Sayo ikut Koko be, ya, Yah,”ucapnya lagi,”Koko pegi samo Mamanyo.”
Dikejauhan sana, Personil Sm#sh in Action

“Pegilah. Kagek Ayah nyusul.”

Hari itu, Minggu, kelompok penyanyi yang sedang naik daun berkunjung untuk mengadakan pertunjukan di salah satu pusat perbelanjaan di Jambi. Berita tentang kedatangan cowok-cowok keren itu sudah membahana sejak dua minggu lalu. Gaungnya membuat para anak baru gede begitu bersemangat, termasuk juga dilingkungan rumah.

Setiap hari dan setiap saat bahan percakapan diantara mereka adalah personelnya yang keren-keren. Setiap sore, waktu mereka bercengkrama di markas mereka, adalah waktu untuk bernyanyi bersama semua lagu kelompok penyanyi tersebut.

Setelah selesai memenuhi undangan pernikahan seorang staf di kantor, saya dan istri berganti pakaian dan segera meluncur ke tempat pertunjukan. Dengan memakai jalan alternatif, karena yakin jalan utama tak mungkin bisa dilewati, kami pun bergerak. Semakin dekat, kemacetan sudah terlihat. Dengan keterampilan ala Valentino Rossi, motor pun menyelinap diantara mobil, naik turun trotoar, dan menghindari para penonton  yang meluber hingga ke jalan raya guna mendekati arena pertunjukan. Syukurlah akhirnya kami mendapatkan tempat parkir untuk motor dan langsung bergerak mencari si sulung yang entah berada dimana.

Segala upaya dilakukan guna melacak keberadaan Si sulung, tapi itu sulit dilakukan karena padatnya lapangan pertunjukan. Setelah menyelinap diantara para penonton, kami pun mendapat posisi strategis untuk mencari Si sulung. Tapi, terlalu riskan mencari satu orang diantara ribuan manusia yang bergerombol penuh semangat menunggu kehadiran kelompok penyanyi idola mereka.

Sudahlah. Anakku pasti selamat, pikirku. Sekarang para idola telah menaiki panggung, suara penonton pun menggemuruh mengikuti lagu yang dinyanyikan keenam personel karena satu orang tak hadir.

Kuperhatikan penonton yang hadir. Rata-rata anak baru gede berkumpul dibagian depan panggung asyik bergoyang dan menyanyi, tapi dibagian belakang, ditempat yang tak begitu padat,  wajah imut-imut banyak kutemukan diatas bahu para orang tuanya. Wajah imut-imut sepantar dengan anakku. Rupanya magnet Sm#sh tak hanya berlaku terhadap para ABG saja, tapi juga generasi dibawahnya. Hebatnya kemajuan tekhnologi.

Tak sampai tiga puluh menit, sang idola menyelesaikan atraksinya. Panggung pun sepi dan penonton membubarkan diri. Pakaian yang kuyup dengan keringat, rambut yang acak-acakan, tak menghapus rasa bahagia  yang menyembul di wajah mereka karena dapat meraih mimpi melihat para idola secara langsung.

Kami pun menjauh agar tak terkena terjangan para penonton yang secara serentak bergerak meninggalkan arena dan segera kembali ke misi utama, yaitu mencari si sulung. Akhirnya si sulung dapat ditemukan. Wajahnya pun sumringah penuh kepuasan.

Satu yang terlupakan ketika kutatap gerakan para penonton yang bergerak menjauhi arena pertunjukan. Ternyata lebih banyak wajah setengah tua yang hadir di Mall ini. Mereka, baik  dengan sukarela maupun setengah terpaksa, mengawal sang anak untuk sekedar melihat dari kejauhan idola-idola mereka. Kehadiran Smash memaksa para orang tua turun tangan menjaga keselamatan sang buah hatinya. Sesuatu yang tak pernah dilakukan orang tua di kala kanak-kanak aku menonton pertunjukan musik di kampung.



Rabu, 01 Juni 2011

Barca-MU, Bukanlah Pertandingan Impian

Mengikuti pemberitaan media massa, setelah diketahui yang bertemu di pertandingan akhir Liga Champions Eropa 2010-2011 adalah Barcelona dari Liga Spanyol berhadapan dengan Manchester United asal Liga Inggris, maka yang terdengar dan terbaca adalah akan terjadi pertandingan impian antara dua tim kelas dunia, pertandingan antar bintang dunia, dan pertandingan yang menyajikan perang strategi dari dua orang pelatih jenius.
 
Detik pertandingan pun menjelang ketika wasit dari Hongaria memekikkan pluit dan apa yang terjadi? Pertandingan berjalan biasa-biasa saja. Tak ada seru-serunya. Ketika Pedro menjebol gawang Van Der Sar di menit ke 27, pertandingan mulai memanas dengan gerakan pemain MU yang ingin menyamakan kedudukan. Di menit ke 34, Rooney mampu menjebol gawang yang dijaga Victor Valdes, meskipun berbau off side, tapi gol tetaplah gol bila wasit menyatakan sah. Babak pertama pun selesai tanpa ada gol tambahan, meskipun serangan Barcelona melalui Tiki-Takanya lebih menggigit. Villa dan Messi mempunyai peluang mencetak gol, sementara Valdes mampu meninju bola yang menuju Rooney didaerah kekuasaannya.

Babak kedua pun dimulai. Penguasaan bola masih banyak dipegang oleh para pemain Barcelona. Setelah beberapa peluang yang terbuang percuma oleh kedua tim, Messi dengan keahliannya mampu menjebol gawang MU dari tendangan jarak jauhnya di menit ke 54 dan akhirnya kemenangan Barcelona kian telak kala Villa pun menyumbang gol di menit ke 69.

Sampai detik terakhir permainan, kedudukan gol 3 untuk  Barcelona dan 1 untuk Manchester United. Sebuah kemenangan yang layak diperoleh sebuah tim yang mampu tampil begitu indah dan tanpa perlawanan sama sekali.

Final Liga Champions Eropa 2010-2011 tenyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat pecinta bola dunia. Pertandingan yang digadang-gadang akan seru dan memikat tidak hadir di lapangan. Punggawa Manchester United tidak memperlihatkan kegigihannya dan tak ada semangat bertanding, hingga pemain lawan dengan santainya menguasai pertandingan. Ada apa MU?

Menilik perjalanan Liga Champions Eropa 2010-2011, sesuai dengan pengamatan Sang pengamat sepakbola amatiran ini, hanya Real Madrid yang mau melawan kedigjayaan Barcelona. Madrid memang kalah kala menghadapi Barcelona, baik secara statistik penguasaan bola maupun jumlah gol yang disarangkan,  tapi perlawanan pemain Putih-Putih yang penuh semangat dan kengototan yang diperagakannya memperlihatkan bahwa mereka bukan seperti musuh-musuh Barca lainnya yang kalah sebelum bertanding. (Sekedar catatan: sebenarnya peran Sang Special One, Mourinho, lebih terlihat, baik itu ketika meracik Chelsea, meramu Inter Milan, dan sekarang di Real Madrid, dalam melawan hegemoni Barcelona.)

Selamat kepada Barca. 
Selamat kepada Messi yang tampil sebagai pemain terbaik.
Selamat kepada Abidal yang menjadi Kapten Kehormatan malam itu.
Nikmatilah kemenangan ini!
 
Nikmatilah Kemenangan Kali ini. Esok Perjuangan Kian Berat.