Sabtu, 21 Desember 2019

Tips Bersihkan Cache di Smartphone



Bila kita memiliki sebuah smartphone, tentu pernah mengalami periode di mana smartphone akan mengalami penurunan performa atau dalam kata lain lemot. Salah satu penyebab utama penurunan performa adalah banyaknya cache yang menumpuk di memori penyimpanan smartphone. Cache sendiri sudah pasti dimiliki oleh setiap smartphone, mengingat di dalamnya terdapat sebuah sistem penyimpanan data yang akan memudahkan kinerja prosesor sebagai otak dari smartphone.

Bagi kamu yang belum tahu apa itu cache, singkatnya cache merupakan data-data yang sifatnya sementara yang disimpan pada memori internal smartphone. Cache sebenarnya memiliki fungsi untuk mencatat semua aktivitas yang sudah kamu lakukan ketika menggunakan sebuah aplikasi di smartphone.

Cache juga memiliki fungsi untuk mendukung kerja smartphone agar menjadi lebih cepat dalam menjalankan sebuah aplikasi. Lho, bukannya cache itu akan membuat lemot smartphone? Bagaimana bisa cache mendukung kinerja smartphone  kita?

Gambarannya begini, ketika kita membuka aplikasi Google, lalu membuka suatu situs yang mengharuskan kita untuk menulis alamat web tujuan di dalam kolom pencarian, maka situs itu akan tersimpan dalam data.

Atau mungkin, ketika browsing salah satu sosial media, pasti kita akan melakukan login, menulis serta menyimpan password, atau membuka galeri foto. Ketika melakukan itu, semua data akan disimpan dalam bentuk cache.

Jadi, ketika suatu saat kita membuka browser dan ingin mengakses sosial media itu lagi, maka kita sudah tidak perlu lagi menulis nama situsnya ataupun login kembali karena data kamu sudah tersimpan di dalam cache.  Jadi, cache bisa membantu kinerja smartphone menjadi lebih cepat.

Walau begitu, jangan terlalu banyak menyimpan cache, karena bila data cache menumpuk maka bisa membuat performa smartphone menjadi melambat atau lemot.

Kalau begitu, pertanyaannya adalah apakah cache harus dihapus? Jawaban atas pertanyaan di atas sebenarnya sudah di jawab dibahasan di atas. Bila ditanya apakah cache itu harus dihapus atau tidak, tentu saja jawabannya harus dibersihkan karena bisa menyebabkan kinerja smartphone menurun dan lemot.

Tapi, karena cache memiliki fungsi yang bisa membantu akses smartphone menjadi lebih cepat, maka cache sebaiknya jangan buru-buru dihapus dari memori smartphone. Tentukan saja jadwal pembersihan data cache. Tak perlu setiap hari. Pembersihan cache bisa dilakukan 2 hari sekali, 3 harus sekali, atau ketika smartphone menjadi lemot daripada biasanya.

Cara membersihkan cache sangatlah mudah. Ada dua cara yang bisa kamu lakukan untuk menghapus cache, pertama adalah secara manual dan kedua menggunakan aplikasi pembersih cache.

1. Membersihkan Cache Secara Manual
Cara menghapus cache yang pertama adalah secara manual atau tanpa bantuan aplikasi apapun. Bagaimana tahapannya? Berikut ini caranya:
  1. Masuk ke menu setting.
  2. Masuk ke pengaturan Apps.
  3. Pilih aplikasi mana yang ingin kamu bersihkan cache-nya.
  4. Lalu pilih clear cache dan Ok. Setelah itu cache di smartphone akan langsung bersih.
Sebenarnya cara ini agak ribet karena bila kita ingin menghapus cache dari banyak aplikasi, maka kita harus melakukan secara satu persatu sampai semua aplikasi dibersihkan cache -nya.

2. Membersihkan Cache dengan Bantuan Aplikasi
Untuk yang kedua, kita bisa memanfaatkan aplikasi pembersih cache yang banyak tersedia di toko aplikasi sesuai OS masing-masing. Untuk nama aplikasinya ada banyak, namun yang paling umum dipakai adalah CCleaner dan Clean Master.

Kamis, 31 Oktober 2019

KULTUS INDIVIDU



KETIKA Ali bin Abi Thalib r.a. gugur ditikam seorang Khawarij, Abdurrahman bin Muljam, di Persia, Abdullah bin Saba menolak berita wafatnya Khalifah keempat tersebut.

“Biar kau bawakan seribu saksi, aku tak percaya kalau Imam Ali meninggal,”ucap Saba, seorang Yahudi asal Yaman, kepada komplotannya.

Sandiwara yang sangat menyakinkan tadi sempat mempengaruhi sebagian kalangan arus bawah muslimin kala itu. Akibatnya, muncullah kultus individu terhadap diri Ali r.a. Namun, kultus individu itu sebenarnya sudah berlangsung jauh sebelum itu. Di’bil, seorang penyair terkenal, waktu itu telah dihukum Sayidina Ali karena memuji dirinya dengan puisi-puisi kelewat batas.

“Ada dua golonganku. Keduanya celaka, yaitu yang mengultuskan aku secara tidak proporsional dan yang membenciku secara berlebihan.”

Menurut Ali r.a., mereka itu, seperti yang ditulis Dr. Sayyid Musa Al-musawi, adalah orang bebal dan rendah budi,  yang bergerak menurut arah angin, mengikuti mereka yang keras kepala dan tidak mengikuti sinar petunjuk Allah(Al Quran dan Hadist).

Ada sekelompok orang yang tetap setia mengikuti Ali. Mereka ini sejak zaman Nabi Saw dan para sahabat tetap solid bersama jamaahnya. Untuk itulah Ali r.a. menyebut mereka sebagai kelompok tengah, ummatan wasathon. Beliau berkata,”Sebaik-bailk urusan itu di jalan tengah. Tidak ekstrim dan juga tidak terlalu moderat. Keluar dari jamaah alias mufaraqqah berarti lepas dari tuntunan.”

Satu di antara yang lepas itu adalah Amir bin Jarmuz. Dia termasuk sahabat yang termakan fitnah Saba pada saat perang Onta. Sebenarnya perang saudara ini tak akan meletus kalau saja Saba tidak membuat berita bohong yang ditebar ke kedua kubu terhadap kesepakatan damai yang disetujui antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Aisyah, istri Nabi Saw. Kedua kubu semula salah faham dan peluang ini dimanfaatkan oleh munafik Yahudi agar kedua kubu tetap bermusuhan.

Namun, setelah perang saudara berakhir dengan damai, diam-diam Amir memburu Zubair, pendukung Aisyah, di Makkah. Amir membunuh Zubair sewaktu sedang salat di Masjidil Haram.  Dia lalu mempersembahkan sebelah tangan Zubair dan sebilah pedang milik Zubair sebagai bukti kesetiaan kepada Ali. Namun, tak dinyana, bukan pujian yang diterima Amir, melainkan kemarahan dan penyesalan dari Ali.

”Aku tahu siapa pemilik pedang ini. Dia pejuang di samping Rasulullah. Dia pahlawan Islam. Engkau telah mengakhiri hidupnya,”sesal Khalifah Ali.

Sumber: Republika

Selasa, 29 Oktober 2019

R O I


Lelaki itu bukan seorang kaya. Ia adalah kepala keluarga yang sederhana. Ia seorang guru, yang kini banyak dilupakan orang. Ia memang seorang guru yang tekun, setia pada profesinya dan senantiasa bergairah untuk meningkatkan kemampuan profesinya itu.  Sebagai guru, ia tidak pernah bekerja lain, kecuali mengajar di beberapa sekolah swasta untuk melengkapi tugas utamanya sebagai guru di sekolah negeri.

Semua itu dikerjakannya dengan intens, dengan serius, dan sungguh-sungguh. Ia tak pernah mengajar tanpa persiapan terlebih dulu.

“Saya memang tidak ada bakat untuk bekerja lain,”katanya suatu hari ketika seorang temannya mengajaknya mencari sambilan untuk menmbah penghasilan.“Mungkin saya sudah ditakdirkan sebagai guru. Maka tak ada jalan lain, kecuali harus menekuni profesi ini habis-habisan.”

Selain mengajar, ia pun banyak menulis. Ia menulis buku pelajaran atau buku cerita bagi anak-anak didiknya. Ia hidup dalam dunia seperti itu bersama isteri dan anak-anak dan mereka bahagia. Sampai pada suatu hari, kepala sekolah memanggilnya dan memintanya untuk menolong salah seorang muridnya.

“Apakah saya harus memberinya les tambahan, Pak?”

“Tidak,”jawab kepala sekolah.”Bantulah anak itu dengan mengubah nilai rapornya agar ia bisa ikut program penelusuran minat dan bakat untuk masuk perguruan tinggi."

“Tapi, Pak…”

“Sudahlah,”potong kepala sekolah.”Ini perintah. Kau tahukan, orang tuanya banyak membantu kita selama ini. Apa jadinya kita semua, jika kita tidak membantu anak itu.”

Lelaki itu terpana. Ia tak bisa berkata apa-apa.  Bagai ribuan petir baru saja meluluhkan otaknya. Ia tak menduga, jika problem seperti ini pada akhirnya akan dialaminya pula. Ia memang sudah lama tahu, banyak guru yang menyulap rapor murid atas permintaan orangtua. Karena takut atau karena  hal-hal lain. Tetapi lelaki itu tidak peduli. Ia hanya coba memahami, mengapa koleganya terpaksa berbuat seperti itu. Bukankah hidup ini memang tidak mudah?

Berhari-hari lelaki itu tidak tenteram. Ia menderita insomnia dan migrannya kumat. Akankah ia turuti perintah kepala sekolah?

“Saya tidak bisa melakukannya, Pak,”katanya saat Kepala Sekolah menanyainya.” Saya tidak bisa melakukannya.”

“Kenapa? Bukankah tidak merugikan orang lain?”

“Memang tidak merugikan orang lain, tapi merugikan kita sendiri. Kita guru.

“Ah, kau. Kita tak rugi. Ingat, betapa banyak jasa orangtua anak itu bagi kita, para guru, dan juga bagi kemajuan sekolah kita. Pikirkan itu. Realistis sajalah.”

Itulah yang mengantarkan lelaki  itu ke rumah sakit ini. Berpikir merupakan beban yang amat berat. Dan apabila beban itu melebihi kemampuan otak seseorang, ia pun akan pecah berkeping-keping.

Dua minggu ia dirawat. Di dalam ruang rawat inap itu, ia menata kembali kemampuan berfikir otaknya yang telah pecah berkeping-keping itu. Tiba-tiba ia merasa bersyukur di rawat di rumah sakit ini.

Bagi lelaki itu, tak selayaknya seseorang menjadi pengecut hanya karena takut kehilangan hal-hal remeh. Adakah harga diri, bagi kebanyakan orang, kini tinggal nama? Pertanda seseorang hidup adalah harga dirinya yang dipertahankannya dengan tegar dan itu tidak mudah.

Lelaki itu menyadari, tak mudah untuk bertahan seorang diri, tak mudah melawan arus, tapi sejak mula ia memang sudah pasrah. Apa pun yang yang bakal terjadi, terjadilah. Dalam hidup yang majemuk dan dan pengap seperti saat ini, setidaknya ia masih bisa merasa bahagia karena harga dirinya masih ada dalam genggamannya.

“Tuhan telah menyelamatkan saya dengan memasukkan saya ke rumah sakit ini. Saya tahu.”

Lelaki itu adalah kepala keluarga yang sederhana. Tak banyak orang yang mengenalnya. Tak ada yang memperhatikannya.

Ia bernama Rio.


 Sumber : Republika

Selasa, 22 Oktober 2019

Ternyata Bertobat itu Susah


Pembicaraan dua orang jamaah di teras Masjid Attaubah selesai ceramah yang bertema taubat.

Pak Dho : Saya ini sebenarnya ingin bertobat, tapi aku sangsi apa siap keluargaku hidup susah.

Pak Cik : Memang kenapa?

Pak Dho : Tadi kan Ustadz itu bicara tentang syarat-syarat taubat. Kalau tidak salah, pertama, beragama Islam, kedua,  berniat ikhlas, ketiga,  mengakui dosa, keempat, menyesali dosa, kelima, meninggalkan tindakan dosa, keenam, bertekad untuk tak mengulanginya, ketujuh,  mengembalikan hak orang yang dizalimi, dan terakhir, kedelapan, bertaubat sebelum nyawa berada di tenggorokan  atau ketika matahari terbit dari arah barat.

Pak Cik : Terus?

Pak Dho : poin yang ketujuh, yaitu mengembalikan hak orang yang dizalimi,  adalah yang terberat untuk kulakukan.

Pak Cik : Kenapa?

Pak Dho : Sudah lebih dua puluh tahun aku menjadi kontraktor.

Pak Cik: Hahaha! Aku faham itu.

Pak Duo: Aku sadar bila selama menjadi kontraktor, aku banyak mendapat rezeki yang tidak jelas sumbernya dan itu yang kuberikan pada keluarga.

Pak Cik: Apa yang engkau takut?

Pak Dho: Bila aku mau bertobat, maka aku harus mengembalikan semua kekayaan yang berasal dari sumber yang tidak jelas itu. Benar, kan?

Pak Cik: Benar.

Pak Dho: Itulah masalahnya, bro. Apakah mau keluargaku hidup susah bila aku mengembalikan semua harta yang kumiliki?




Sabtu, 19 Oktober 2019

Dunia Pendidikan, Bisnis yang Menggiurkan


Kegairahan murid-murid dalam memasuki tahun ajaran baru masih sangat terasa. Semangat mereka untuk menghirup semua pengetahuan yang disebar para pengajar begitu tinggi. Amatlah menyenangkan melihat tingkah generasi penerus bangsa itu dalam menapaki dunia pendidikan sebagai wahana pencarian jati diri dan pendalaman ilmu.

Tapi, tahukah mereka bagaimana beratnya para orang tua mewujudkan keinginan anak-anaknya untuk memasuki institusi pendidikan guna masa depan yang lebih terjamin?

Kini, pendidikan bukanlah barang murah. Pendidikan berkualitas terlalu sukar dijangkau oleh masyarakat miskin.

 “Anaknya masuk kemana, Bang?”tanyaku pada Hamzah yang rumahnya berada dipojok jalan.

Saat itu  matahari mulai rebah ke barat. Sambil merubung tukang gorengan, obrolan pun mengalir lancar.

“Es-em-pe Sembilan.”

“Kok, nggak masuk Es-em-pe Satu?”Kutiup bakwan panas yang ada di tangan. ”Sekolah favorit, tuh.”

“Wah, mahal nian,”jawabnya setelah menghabiskan tempe di mulutnya.”Lima jutaan.”

“Apanya yang lima jutaan?”Kulihat mata Bang Andi, tetangga bedeng sebelah, mendelik.

“Iya! Ada uang lima juta, ada bangku.”

“Kenapa nggak pakai orang dalam?”tanyaku karena kutahu keluarga besarnya banyak koneksi orang berpengaruh di daerah ini.

“Hahaha...”tawanya menggema meski terasa getir,”Lima juta itu pakai orang dalam. Kalau nggak punya koneksi, pasti lebih besar lagi.”

“Ah! Masak sampai sebesar itu, Bang?”Bang Andi tetap belum percaya.

“Sekarang ini, ada orang dalam atau nggak, tetap saja harus keluar uang.”

“Masak nggak punya dana sebesar itu?”pancingku karena kutahu ia adalah toke karet yang berhasil dengan hektaran kebun karet di dusunnya.

“Bukan masalah uangnya, tapi lucu ‘kan kalau pendidikan anak kita diukur dengan besarnya uang yang diberikan ke sekolah. Mana sekolah negeri lagi.”

Tapi yang harus diingat, komersialisasi penerimaan siswa baru bukan kesalahan pihak sekolah saja. Hasrat besar untuk menyekolahkan anak tercinta di sekolah yang dinilai berkualitas menyebabkan  para orang tua melakukan berbagai cara  agar anaknya menjadi warga sekolah favorit tadi dan ini menjadi peluang bagi beberapa pihak untuk berperan sebagai calo. Dengan membayar tarif tertentu, dijamin satu bangku akan menjadi hak yang membayar.

Jadi, tak perlu heran bila mendengar besarnya perputaran uang yang beredar selama penerimaan siswa baru disetiap tahun ajaran baru. Mau dibuktikan? Mustahil.

HUJAN


Hujan.
Titik-titik air
yang dinanti dan dicaci.

Itu karya pertama Penulis yang dibacakan di muka publik. Saat itu pelajaran Bahasa Indonesia yang diasuh oleh Ibu Nuraini ketika Penulis berada di kelas II  Sekolah Menengah Pertama Negeri 34, Palembang. Kini setelah waktu berjalan menua, puisi tadi masihlah up to date untuk hidup kekinian. Hujan masih tetap sesuatu yang dinanti, terutama bagi anak-anak. 

Sore itu aku duduk menghadapi laptop di ruang depan sementara di jalan depan rumah si sulung dengan beberapa temannya berkejar-kejaran bola sepak. Teriakan terkadang terdengar bila salah satu pihak berhasil memasukan bola ke gawang yang terbuat dari tumpukan sendal. Sesekali aku keluar untuk melihat keasyikan mereka beraktivitas dan menjaga mereka dari lalu lalang kendaraan. 

Langit tertutup awan gelap. Gemuruh geledek terdengar memenuhi alam, tapi kerumunan anak-anak itu tetap tak terganggu. Mereka tetap berebut menendang bola sepak yang tidak lagi bulat itu. 

Tik-tik-tik! Perlahan titik-titik air jatuh mengenai tanah, genteng rumah, daun, pagar, dan di tubuh mereka yang masih menendang-nendang bola sepak.

“Berhenti! Hujan turun!”teriak seorang ibu dari teras depan rumahnya.

“Hoi! Pulang!”satu teriakan terdengar lagi dari pintu rumah sebelahnya.

“Nggak boleh mandi, ya!”sahutan terdengar lagi.

Seng rumah pun menggemuruh ditimpa air yang kian deras turun. Serentak kumpulan tadi berhenti dan berteduh di teras rumah kami. Aku keluar dan duduk menemani mereka. Kicauan mereka tambah bersemangat seiring makin derasnya hujan. Tanah pun mulai tergenang air. Air yang terus menelusur menuju selokan.

“Ayah,”panggil si sulung.”Boleh mandi, kan?”

“Nanti kalau hujannya lebat.” 

Dan, hore!, tanpa menunggu komando dari ayahnya, anakku langsung terbang menyongsong hujan. Teman-temannya pun segera menyusul. Tak hirau dengan ancaman orang tua mereka, mereka kembali tenggelam dalam permainan menyepak bola, meskipun kini ditemani tetesan air disekitar mereka. Penuh tawa.

Dalam sejarah panjang perjalanan manusia, mandi hujan adalah  aktivitas yang paling ditunggu. Setiap generasi mempunyai cerita tersendiri mengenai hujan meskipun semuanya sama dalam melihat  hujan. Ceria, bebas, kekanak-kanakan. Jadi, biarkan mereka menikmati hujan agar imajinasi mereka tentang hujan tak berubah.

T I T O

Ada yang bilang kepadanya, penyakit jantung koroner yang dideritanya mungkin karena stres.

“Karena stres?”tanyanya heran.”Saya tidak pernah strss. Sejak dulu saya merasa memang tidak pernah stres.”

Ia memang menolak dikatakan stres karena ia merasa tak ada hal-hal yang mengganggu hidupnya selama ini. Ia merasa biasa-biasa saja. Tak pernah tertekan atau membuatnya susah. Ia tetap sibuk. Hidupnya penuh. Pekerjaannya berjalan baik. Ia bergairah sepanjang hari. Bahkan sampai jauh malam, ia masih suka bekerja dengan semangat yang tinggi.

“Maka heran saya,”katanya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ketika dokter menyodorkan hasil angiografi koronernya,”mengapa koroner saya menyempit seperti itu.”

Lelaki itu memang tidak merasakannya.

“Dalam hidup ini, stres memang tak mudah dikenali.”

“Tapi bagaimana kita bisa menerima logika bahwa stres menghinggapi kita walaupun kita memang tidak merasakannya secara nyata?”

Di antara berbagai faktor resiko koroner, stres memang merupakan salah satu faktor resiko yang amat kuat tapi sukar diidentifikasi. Stres seringkali tak terbaca dan tak tercatat. Mungkin saja stres hanya berupa suatu perasaan yang kurang nyaman atau suatu kecemasan, kegelisahan, kekuatiran, jengkel, marah, atau pun suatu perasaan tertekan yang tidak jelas wujudnya. Ada pasien yang kemana-mana selalu membawa obat nitrogliserin seraya berkata,”My health inside in this little bottle.” Ini pun sesungguhnya manifestasi stres yang lain. Semua perasaan yang tidak nyaman itu, bila kronis, berulang, dapat mengganggu fungsi tubuh.

Banyak orang yang menyangkal bahwa stres menggerogoti dirinya secara diam-diam tanpa disadarinya karena stres memang tidak banyak menyebabkan keluhan pada mulanya, tetapi, secara perlahan, stres mempengaruhi setiap unsur fungsi tubuh seseorang dan secara perlahan pula menyebabkan perubahan-perubahan tertentu.

Manusia cenderung merasa ada saja yang kurang di sepanjang hidupnya dan perasaan seperti ini sesungguhnya merupakan suatu wujud stres yang kronis dan tidak disadari. Selama suatu keinginan belum dapat diraihnya, seseorang akan selalu merasa tidak enak dan mungkin tidak bahagia. Ia berfikir, alangkah bahagianya jika semua itu dapat dicapai, tapi, kenyataannya, tidak selalu indah seperti apa yang dibayangkannya.

Begitu suatu hasrat terpenuhi, pada saat itu pula sudah timbul hasrat yang lain lagi. Tiba-tiba saja ia merasa kurang dalam hal lain, misalnya kurang dalam cinta, kekuasaan, seks, uang, materi, prestise, pujian, pengakuan, dan sebagainya.

Stres mungkin bergantungan pada sudut-sudut kamar kita, di balik lipatan berkas-berkas surat di meja kantor, pada atap gedung yang tinggi, atau pada pertandingan tinju yang terpampang di kaca televisi, atau pada ruang dengan kesunyian yang teramat dalam. Kita tidak bisa menghindarinya ataupun  menyangkal kehadirannya.

Mungkin benar, hidup kita memang merupakan rangkaian berbagai stres yang kita jalani. Kita bisa merasakannya, tetapi kita tidak pernah tahu bagaimana ia sampai mempengaruhi fungsi tubuh kita. Stres menyapa kita sepanjang waktu. Ia bisa lembut bagai seorang gadis yang pemalu dan memberi semangat yang luar biasa tapi ia bisa juga seperti pembunuh berdarah dingin yang tidak kita ketahui kehadirannya tetapi mengancam kita.

Maka, tidakkah itu berarti bahwa stres memang dibutuhkan dalam hidup kita sendiri dan bahwa stres bisa positif dan bisa pula negatif efeknya? Tidakkah kita menyadari bahwa sesungguhnya wujud stres sangat tergantung dari sikap kita sendiri dalam menghadapinya? Dan tidakkah sesungguhnya semua itu tergantung pada kemampuan kita menjinakkan diri sendiri?

Barangkali, dibalik perasaan tidak stres yang kita rasakan sehari-hari, tersembunyi stres kita yang sebenarnya. Dan kita berusaha melupakannya diam-diam,”kata lelaki itu perlahan, hampir tak terdengar. Ia memang berkata hanya untuk dirinya sendiri.
Ia bernama Tito. 

Senin, 14 Oktober 2019

Asal Usul Nama Negara Italia

Sudah jamak menjadi suatu kebiasaan untuk memberikan nama negara berdasarkan nama dari suku atau bangsa asli negara itu, misalnya Prancis yang namanya berasal dari orang Franks yang banyak berdiam di daerah itu atau negara Finlandia yang diberi nama dari orang Finn.

Tapi, negara Italia tempat asalnya bangsa Romawi justru tidak memiliki nama yang mirip dengan kata Roman, bahkan justru ada negara lain yang bernama Romania atau Rumania dalam bahasa Indonesia. Padahal, bangsa Romawi itu asalnya dari wilayah yang sekarang dikenal dengan nama negara Italia.

Negara Romania yang terletak di Eropa Tengah dan Tenggara, termasuk kelompok negara balkan. Negara balkan adalah negara yang terletak di sekitar pegunungan Balkan dan semenanjung Balkan. Nama Romania berasal dari kata Romanus. Romanus adalah bahasa Latin yang berarti penduduk Roma. Namun, rupanya sebelum disebut Romania di dunia internasional, wilayah itu disebut Dacia. Penggunaan nama Dacia sendiri berasal dari orang-orang Dacia yang bermukim di wilayah itu.

Sekitar satu abad sebelum Masehi, Raja Dacia yang bernama Raja Burebista, membawa Dacia pada masa kejayaan, tapi, kemudian, karena kerajaan Dacia mempunyai berlimpah sumber emas yang ada di wilayahnya, maka, pada tahun 101 Masehi, Romawi dibawah pimpinan Kaisar Trajan mulai menyerang Dacia dan menguasai kerajaan itu di tahun 106 Masehi.

Setelah dijajah Romawi, oleh masyarakat Romawi, wilayah tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Roman Dacia. Perlahan-lahan akibat banyak kebiasaan dan budaya bangsa Romawi yang dibawa ke sana, termasuk bahasa Latin yang jadi ibu bahasa Romania modern, hingga akhirnya  nama negara itu berganti menjadi  Romania.

Jadi, jika Romania berarti penduduk Roma, kenapa Italia tidak diberi nama yang sama? Nama Italia sendiri justru bukan diambil dari nama bangsa Romawi, melainkan suku Vitali yang tinggal di wilayah Calabria. Calabria ini terletak di bagian ujung selatan wilayah Italia.

Awalnya, wilayah itu dikenal dengan nama Vitalia yang konon berasal dari kata Vitulus dalam bahasa Latin yang artinya anak lembu berusia satu tahun. Vitalia sendiri dimaksudkan sebagai negeri lembu karena saat itu di wilayah Calabria ada banyak lembu atau sapi.

Bangsa Romawi pun menggunakan nama itu untuk menyebut bagian selatan Italia pada masa itu, namun lama-kelamaan seluruh negeri itu dikenal dengan nama Italy atau Italia dalam bahasa Indonesia.

Jadi, Italia tidak disebut Romania karena sejak awal bangsa Romawi juga tidak memberikan nama itu.[WK]

Senin, 07 Oktober 2019

MEYAKINI DAN MENGIMANI HARI AKHIR



A.     Hari Kiamat (Hari Akhir)

Hari kiamat adalah suatu peristiwa di mana seluruh alam semesta akan mengalami kehancuran total dan membinasakan seluruh makhluk, kecuali yang sudah dikehendaki oleh Allah SWT. Hari kiamat ditandai dengan bunyi terompet sangkakala oleh Malaikat Israfil atas perintah dari Allah SWT.

Setelah semua makhuk hidup mengalami kematian, maka Allah SWT akan  memerintahkan Malaikat Israfil untuk kembali meniup terompet guna membangkitkan manusia yang telah mati, mulai dari manusia pertama zaman Nabi Adam hingga manusia yang terakhir saat kiamat tiba untuk melaksanakan hari pembalasan.

B.  Macam-Macam / Jenis-Jenis Kiamat
Kiamat ada dua macam, yakni :
1.  Kiamat Sughra/Sughro (Kiamat Kecil)
Kiamat Sughra adalah kiamat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan manusia yaitu kematian. Setelah mati roh seseorang akan berada di alam barzah atau alam kubur yang merupakan alam antara dunia dan akhirat.
Kiamat sughra sudah sering terjadi dan bersifat umum atau biasa terjadi di lingkungan sekitar kita yang merupakan suatu teguran Allah SWT pada manusia yang masih hidup untuk kembali ke jalan yang lurus dengan taubat.

2.  Kiamat Kubra/Kubro (Kiamat Besar)
Kiamat kubra adalah kiamat yang mengakhiri kehidupan di dunia ini karena hancurnya alam semesta beserta isinya. Setelah kiamat besar maka manusia akan menjalani alam setelah alam barzah / alam kubur.
Kiamat kubra akan terjadi satu kali dan itu belum pernah terjadi dengan kejadian yang benar-benar luar biasa di luar bayangan manusia dengan tanda-tanda yang jelas dan pada saat itu segala amal perbuatan tidak akan diterima karena telah tertutup rapat.

C.  Tanda-Tanda Hari Kiamat
1.    Tanda-Tanda Kiamat Kecil
a.      Di utusnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir
b.      Banyak terjadi bencana alam
c.      Jumlah kaum perempuan lebih banyak daripada kaum laki-laki
d.     Adanya golongan yang mengaku memperjuangkan Islam tetapi saling membunuh
e.      Fitnah yang merajalela di kehidupan manusia
f.       Tingginya angka pembunuhan yang disebabkan hal-hal sepele
g.     Segala urusan dipegang oleh yang bukan ahlinya
h.     Manusia tidak memperdulikan lagi ilmu agama
i.      Adanya laki-laki yang menyerupai wanita atau sebaliknya
j.      Timbulnya pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita
k.    Merajalelanya kemaksiatan
l.      Minuman keras yang merajalela

 2. Tanda-tanda kiamat besar (akhir zaman) adalah sebagai berikut :
a.       Terbitnya matahari dari arah barat
b.      Adanya kabut tebal
c.       Munculnya dabbah (binatang) yang bisa berbicara dengan manusia
d.      Munculnya al-Masih Dajjal
e.      Munculnya Nabi Isa As.
f.        Keluarnya Ya’juj Ma’juj

D.  Proses Menuju Fase-fase Kehidupan Akhirat
Pada hari kiamat nanti manusia mengalami beberapa proses tahapan yang antara lain sebagai berikut:
1. Yaumul Barzakh (masa penantian sebelum terjadinya hari kiamat besar (kiamat kubra)  يَوْمُ الْبَرْزَخ
Firman Allah dalam surat al-Mukminun ayat 100 : “Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.”
2.  Yaumul Ba’ats (Hari kebangitan dari Alam Kubur) يَوْمُ الْبَعْثِ
Firman Allah dalam surat al-Mujadalah ayat 6: “Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.”
3.  Yaumul Hasyr (Hari Berkumpul di padang Mahsyar). يَوْمُ الْحَشْرِ
Firman Allah dalam surat al-An’am ayat 22 : “Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: ‘Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dahulu kamu katakan (sekutu-sekutu Kami).’
4.  Yaumul Hisãb (Hari Perhitungan/Pemeriksaan) يَوْمُ الْحِسَابِ
Firman Allah dalam surat al-Insyiqãq ayat 8: “Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah.”
5.  Yaumul Mîzan (Hari Pertimbangan Amal) يَوْمُ الْمِيْزَانِ
Firman Allah dalam surat al-Anbiya’ : 87: “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim’.”
6.  Yaumul Jaza (Hari Pembalasan) يَوْمُ الْجَزَاءِ
Firman Allah dalam surat al-Mukmin : 17: “Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya.”

E.  Surga dan Neraka
1.  Surga
Surga itu adalah tempat kehidupan di akhirat yang penuh dengan kenikmatan yang hakiki dan abadi sebagai balasan bagi orang yang bertakwa, beriman dan beramal saleh yang telah dijanjikan oleh Allah swt. Surga itu sesuatu yang belum pernah dialami selama di dunia oleh siapapun dan tidak dibayangkan keadaannya oleh pikiran dan gambaran dalam hati.

Surga itu tempat yang telah dijanjikan Allah untuk orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firmannya dalam surat ali Imrãn ayat 133 : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”

Surga dijanjikan Allah untuk orang-orang beriman dan beramal saleh, sebagaimana firmannya dalam surat al-Baqarah ayat 25: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: ” Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya."

Adapun nama-nama surga disebutkan dalam al-Quran sebagai berikut :
a. Surga ‘Adn (lihat Q.S. ar-Ra’d (13) : 22-24)
b. Surga Na’îm (lihat Q.S.al-Waqi’ah (56) : 12)
c. Surga Ma’wa (lihat Q.S.as-Sajdah (32) : 19 )
d. Surga Firdaus (lihat Q.S.al-Kahfi (18) : 107)
e. Dãrus-Salãm (lihat Q.S.al-An’am (6) : 127)
f. Surga Dãrul Khulud (lihat Q.S.al-Qaf (50) : 34)
g. Dãrul Muqomah (lihat Q.S.al-Fatir (35) : 35)
h. Maqam Amîn ((lihat Q.S.ad-Dukhan (44) : 51)

2.  Neraka
Neraka adalah sesuatu tempat kehidupan di akhirat yang merupakan tempat penyiksaan yang sangat hebat dan dahsyat, yang dijanjikan Allah bagi orang-orang kafir (ingkar kepada Allah swt), orang-orang musyrik dan orang-orang munafik.

Firman Allah surat al-Baqarah ayat 24 : “Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

Firman Allah surat al-Baqarah ayat 39 : “Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Firman Allah surat al Bayyinah ayat 6: “Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”

Firman Allah surat an-Nisa’ ayat 145: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.

Adapun nama-nama neraka disebutkan dalam al-Quran sebagai berikut :
1.       Neraka Jahîm            (lihat Q.S. al-Infiëar ayat 14 -16)
2.       Neraka Jahannam      (lihat Q.S. at-Takasur ayat 6)
3.       Neraka Hawiyah        (lihat Q.S. al-Qari’ah ayat 8-10)
4.       Neraka Huëamah       (lihat Q.S. al-Humazah ayat 1-9)
5.       Neraka Saqar             (lihat Q.S. al-Mudatsir ayat 26-54)
6.       Neraka Sa’îr              (lihat Q.S. al-Mulk ayat 7-11)
7.       Neraka Laìa               (lihat Q.S. al-Lail ayat 12-16)

F. Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
1.   Menambah keyakinan bahwa perbuatan di dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat.
2.  Meyakini bahwa Allah swt akan memberikan balasan kepada hambanya sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
3.  Dengan   meyakini adanya   hari akhir,  maka seseorang akan memiliki sifat optimis dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk menyongsong kehidupan yang hakiki dan abadi kelak di akhirat.
4.  Menumbuhkan  sifat   ikhlas dalam beramal, istiqomah dalam pendirian dan khusuk dalam beribadah.
5.   Senantiasa melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar untuk mencapai ridha Allah swt.
6.  Meyakini bahwa segala perbuatan selama hidup di dunia ini yang baik maupun yang buruk harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt kelak di akhirat.

Selasa, 19 Februari 2019

H E L M I


Berkali-kali mama mengingatkan, tapi Helmi tetap saja tak acuh.
“Cepatlah bangun, Helmi,”perintah mama sambil menarik-narik kaki Helmi.”Sudah siang ini.”
Helmi hanya menggeliat sebentar, lalu mendengkur kembali.
‘Helmi, bangun!”suara mama meninggi.
“Bangun!”teriak mama lebih tinggi.
“Ya, Ma. Lima menit lagi.”Suara Helmi tak jelas dalam gumam pagi.
Tapi, sepuluh menit berlalu, Helmi ternyata masih melingkar di tempat tidurnya.
“Bangun!”Teriak mama lagi untuk kesekian kalinya.”Sudah siang! Salat Subuh! Cepat sekolah!”
Lalu mama pun mulai bertindak. Ia menarik Helmi dari tempat tidur tanpa ampun lagi. Mama pun mencubit pahanya berkali-kali dan menempiaskan air ke wajah Helmi bertubi-tubi.
Barulah Helmi bisa bangun perlahan, dengan lesu dan malas, untuk melangkah ke kamar mandi.
Itulah drama kecil yang selalu berulang setiap pagi. Mama kian kesal menghadapi semua itu. Kekesalan yang kian menumpuk, kian menekan, kian menyesak. Kekesalan yang menguras segala kesabaran, yang menyedot segala kemudahan, yang merampok segala kejernihan. Adakah yang tersisa?
Mama letih. Benar-benar letih. Dadanya terasa terhimpit beban yang berat, yang kian tak jelas. Ya, betapa sering kita menyaksikan seseorang mengeluh yang tak jelas karena beban yang tak diketahuinya sendiri. Betapa sering orang menduga, ada yang tak beres pada jantungnya, hanya karena persoalan disiplin anak yang baur, yang menghimpit dadanya berulang kali.
Lalu begitu sulitkah sesungguhnya membiasakan seorang anak untuk menepati waktunya sendiri setiap pagi, menjalani hidupnya sehari-hari? Begitu sulitkah mendisiplinkan anak kita sendiri?
Kita sering lupa selama ini bahwa disiplin memang tidak selalu berhasil. Dan itu tidak aneh, kata Dr. Fitzhugh Dodson dalam bukunya How to Dicipline With Love, 1978. Apalagi disiplin seringkali mengundang konotasi kaku, suatu sikap negatif yang dicobapaksakan pada anak oleh orang tua agar anak bertingkah baik.
Tapi, sesungguhnya, dan itulah yang sering dilupakan, hanya berlandaskan cinta yang akrab sajalah, kata Dodson, disiplin baru bisa dibangun dengan perlahan dalam suatu rangkaian proses pendidikan yang teramat panjang. “Disiplin sesungguhnya tak mengenal stasiun terakhir,”tulis Dodson.”Disiplin tak lain adalah dapat bergaul baik dengan anak kita sendiri.”
Dan itulah yang justru tidak dimengerti oleh mama selama ini dalam menghadapi Helmi. Mama berpendapat bahwa Helmi memang harus didisiplinkan agar hidupnya teratur. Dengan memberikan perintah-perintah yang harus dipatuhi oleh anaknya itu, mama yakin Helmi akan menjadi anak yang patuh dan penurut. Dengan ketat mama selalu mengawasi pelaksanaan semua perintah yang sudah diluncurkannya.
“Tapi, yang dikembangkan kemudian hanyalah ketegangan di antara mereka,”tulis Dodson lebih lanjut.
Dan ketegangan itu merugikan kedua belah pihak. Helmi kian tak suka diawasi.
“Apakah saya ini anggota organisasi terlarang?”gerutunya.
Mama yang memang mendengar gerutuan seperti itu menjadi berang. Mama tak suka dianggap intel yang iseng, yang suka mengawasi orang yang lalu lalang di jalanan sepanjang hari.
“Ia tak mau mengerti,”keluh mama.
“Helmi tak pernah mau tahu bahwa ia harus mendisiplinkan dirinya lebih dulu jika ingin jadi orang kelak. Hanya disiplin yang ketat sajalah yang akan membuat seseorang sukses dalam hidupnya. Tetapi mengapa ia tidak mau mengerti? Ia bahkan tambah liar,”keluh mama dengan letih.
Dan keletihan itulah yang akhirnya mengantarkan mama ke rumah sakit. Dalam obrolan yang cukup panjang, setelah menjalani berbagai pemeriksaan yang dianggap perlu, kisah tentang Helmi, anaknya itu, terungkap jua akhirnya.
Agaknya mama memang membutuhkan waktu untuk memahami tulisan Dr. Dodson yang saya kutipkan waktu itu.